Unik, Upacara di Sungai dengan Iringan Musik Gejok Lesung

GUNUNGKIDUL,iNewsPantura.id - Ada cara unik warga RT 01 Dusun Pulutan, Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul dalam memperingati HUT RI ke-80.
Alih-alih di lapangan seperti biasanya, mereka justru menggelar upacara bendera di tengah aliran Sungai Pulutan dengan kedalaman lebih dari satu meter.
Prosesi upacara berlangsung khidmat meski para peserta harus berendam selama lebih dari setengah jam. Dengan hawa dingin yang menusuk, mereka tetap berdiri tegap saat bendera Merah Putih dikibarkan, diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Yang membuat suasana semakin berbeda, musik pengiring dalam acara ini tidak menggunakan alat modern, melainkan gejok lesung—alat musik tradisional Jawa yang dimainkan secara komunal oleh warga setempat. Dentingan ritmis dari lesung kayu menambah nuansa kental kebersamaan dan budaya lokal.
“Meski sudah sepuh, saya senang sekali bisa ikut. Rasanya meriah dan beda dari biasanya,” ujar Sariyati, salah seorang lansia yang tampak bersemangat mengikuti jalannya upacara.
Bagi warga Pulutan, memilih sungai sebagai lokasi upacara bukan sekadar unik-unikkan. Sungai Pulutan dianggap sebagai sumber kehidupan yang harus dijaga kelestariannya.
Melalui upacara ini, mereka ingin menegaskan kecintaan terhadap tanah air sekaligus mengampanyekan kesadaran menjaga lingkungan, terutama ekosistem sungai.
“Upacara di sungai sudah menjadi agenda rutin kami setiap peringatan kemerdekaan. Sungai ini sangat penting bagi warga, khususnya dalam kebutuhan air dan ketahanan pangan. Jadi sekaligus kita rayakan kemerdekaan dengan penuh makna,” kata Alexander Puji Lestanto, Ketua Panitia.
Setelah upacara, warga masih melanjutkan perayaan dengan berbagai lomba khas Agustusan, seperti lomba menangkap bebek di sungai dan lomba dayung, serta pembagian doorprize yang membuat suasana semakin meriah.
Bagi masyarakat Pulutan, menggelar upacara di sungai menjadi pengalaman berharga yang sarat makna: menumbuhkan rasa cinta tanah air sekaligus merawat lingkungan untuk generasi mendatang.
Editor : Eddie Prayitno