Universitas Harkat Negeri Gelar Kuliah Umum, Perkuat Sinergi Akademis dengan Jepang

TEGAL, iNewsPantura – Universitas Harkat Negeri (UHN) menggelar kuliah umum bertajuk “Mengenal Lebih Dekat Jepang: Horison Baru dan Peluang untuk Kemajuan Bersama” pada Rabu (27/08/2025).
Acara ini menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain Dr. Genta Kuno, Prof. Kishi Kenta, Cahaya R. Putri, serta Dr. Wahyu Prasetyawan.
Dalam sambutannya, Rektor UHN Sudirman Said menekankan pentingnya memahami Jepang bukan hanya sebagai negara maju, tetapi juga sebagai mitra peradaban.
Ia menyinggung identitas Tegal sebagai “Kota Bahari” yang memiliki kesamaan jiwa dengan Jepang sebagai negeri kepulauan.
“Laut bagi orang Tegal bukanlah batas, melainkan jembatan. Jepang pun tumbuh dengan jiwa serupa,” ujar Sudirman.
Ia juga menyoroti sejumlah nilai budaya Jepang yang relevan dengan karakter bangsa Indonesia, seperti haji (integritas), shūchi (kebijaksanaan), wa (harmoni), kaizen (perbaikan berkesinambungan), sossen (keteladanan), dan gaman (keteguhan).
Lebih jauh, Sudirman memaparkan posisi Jepang sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia dengan GDP sebesar US$4,1 triliun pada 2024. Namun, Jepang juga menghadapi tantangan serius, di antaranya 30 persen penduduk yang berusia lanjut dan angka kelahiran terendah sepanjang sejarah modern.
“Situasi ini membuat Jepang memproyeksikan kebutuhan hingga 820 ribu tenaga kerja asing pada periode 2025–2029. Saat ini sudah ada lebih dari 130 ribu pekerja Indonesia yang berkarier di Jepang sebagai jembatan hidup antarbangsa,” ungkapnya.
Selain tenaga kerja, kerja sama kedua negara juga meluas di bidang pendidikan dan riset. Sudirman menyebutkan lebih dari 5.300 mahasiswa Indonesia tengah menempuh studi di Jepang, termasuk penerima beasiswa Monbukagakusho (MEXT). Program riset bersama seperti SATREPS juga memperkuat kolaborasi di bidang mitigasi bencana, energi hijau, dan industri 4.0.
Menurutnya, nilai terpenting dari hubungan Indonesia–Jepang justru terletak pada persahabatan budaya. Soft power Jepang melalui anime, manga, musik, dan kuliner telah menjadi bagian dari keseharian anak muda Indonesia.
“Formula ini bisa melahirkan simbiosis peradaban Asia: Indonesia dengan vitalitas mudanya, Jepang dengan kedewasaan teknologinya. Tugas universitas adalah menyiapkan lulusan yang tidak hanya siap bekerja, tetapi siap memimpin perubahan,” tandasnya.
Acara kuliah umum ini dimoderatori oleh Dr. Wahyu Prasetyawan, Affiliated Associate Professor Kyoto University CSEAS & UIN Syarif Hidayatullah. Dalam pengantarnya, Wahyu menyampaikan prestasi akademik Jepang, khususnya Kyoto University.
“Di Jepang terdapat 29 pemenang Hadiah Nobel. Dari jumlah itu, 19 diperoleh Kyoto University dan afiliasinya. Jadi Kyoto University adalah penyumbang terbanyak pemenang Nobel dari Jepang. Mudah-mudahan nanti lulusan UHN bisa melanjutkan studi di Kyoto University,” ujarnya.
Sementara itu, Profesor Kenta Kishi dari Graduates School of Trasndisciplinary Arts Akita University of Arts menyampaikan pentingnya kolaborasi akademis antara Jepang dan Indonesia.
“Saya ingin berbagi pemikiran tentang kemungkinan kolaborasi akademis antara Jepang dan Indonesia. Untuk mewujudkannya lebih konkret semangat kolaborasi,” jelas Kenta.
Ia menegaskan bahwa kolaborasi sejati lahir dari partisipasi sukarela, bukan kewajiban atau perintah.
“Kolaborasi didasarkan pada keputusan spontan individu atas kehendak bebas. Yang membuatnya kuat adalah karakternya yang sangat mandiri,” tambahnya.
Salah seorang peneliti dari Center for Southeast Asian Studies (CSEAS) Kyoto University, Genta Kuno menjelaskan bahwa tren riset akademis saat ini semakin bergerak ke arah lintas disiplin. Menurutnya, para peneliti tidak lagi terpaku pada batas-batas bidang ilmu tertentu.
“Akhir-akhir ini, minat para peneliti cenderung mengarah pada kajian interdisiplin, bahkan transdisiplin. Artinya, melampaui batas-batas ilmu yang sudah ada. Mau itu sosiologi, biologi, geografi, ekonomi, dan lain-lain, mereka bisa berbaur dalam satu meja atau satu ruang kerja untuk menggarap proyek riset,” jelas Genta.
Ia menambahkan, pendekatan semacam ini memungkinkan para peneliti memahami fenomena yang mereka minati secara lebih mendalam.
Dalam kuliah umum tersebut, hadir pula Cahaya R. Putri, Ph.D Candidate Kyoto University, yang membagikan pengalamannya menempuh studi di Jepang.
"Awalnya saya datang sebagai research student selama dua tahun, kemudian melanjutkan master pada 2019–2022. Sekarang saya sedang menulis disertasi untuk program S3 Ph.D,” ujarnya.
Cahaya menuturkan bahwa studinya di Jepang membuka banyak jejaring internasional.
“Saya pikir hanya akan berurusan dengan orang Jepang, ternyata justru bertemu banyak teman dari berbagai negara, baik di kelas maupun komunitas lokal. Dari situ networking saya semakin luas,” katanya.
Selain belajar, Cahaya juga aktif mengikuti kegiatan luar kampus. "Misalnya menghadiri Osaka World Expo sebagai bagian dari riset pariwisata, sekaligus mengamati kehidupan masyarakat lokal,” ungkapnya.
Di akhir acara, Rektor UHN Sudirman Said berharap ke depan dapat dibangun “Kampung Jepang” di Kota Tegal dengan bantuan Kyoto University, layaknya Kampung Inggris di Pare, Kediri, Jawa Timur.
“Kami ingin ada ‘Kampung Jepang’ di Tegal yang bisa menjadi pusat pembelajaran bahasa, budaya, dan teknologi Jepang,” pungkasnya.
Editor : Yunibar SP