Asal muasal ketupat Lebaran menjadi hal yang harus kita ketahui, agar sejarah tentang hal ini mampu dilestarikan hingga anak cucu kita kemudian.
Dihimpun dari okezone Minggu (1/5/2022), simak selengkapnya tentang asal muasal ketupat berikut ini;
Dalam buku Malay Annual karangan Hermanus Johannes de Graaf, ahli sejarah asal Belanda, menuliskan bahwa ketupat pertama kali muncul di daerah Jawa, tepatnya di abad 15, pada masa kepemimpinan Kerajaan Demak.
Ketupat berasal dari beras yang dibungkus anyaman daun kelapa, tapi hanya bisa menggunakan daun kelapa muda. Setelah matang, tekstur ketupat menjadi beras padat yang kenyal. Warna kuning pada janur ini dimaknai de Graff sebagai upaya masyarakat pesisir Jawa untuk membedakan warna hijau dari Timur Tengah dan merah dari Asia Timur.
Dalam Babad Tanah Jawi diceritakan, Sunan Kalijaga adalah orang yang pertama kali memperkenalkan dua istilah Bakda kepada masyarakat Jawa, Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Lebaran dilaksanakan dengan prosesi salat ied pada 1 Syawal, hingga tradisi saling kunjung dan memaafkan sesama muslim.
Sedangkan Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah Lebaran. Pada hari tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda. Setelah sudah selesai dimasak, kupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, menjadi sebuah lambang kebersamaan.
Biasanya ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga lima hari sesudahnya. Bahkan, ada beberapa daerah di Pulau Jawa yang hanya menyajikan ketupat pada hari ketujuh sesudah lebaran saja atau biasa disebut dengan Hari Raya Ketupat.
Kata 'ketupat' atau 'kupat' sendiri konon berasal dari Bahasa Jawa 'ngaku lepat' yang berarti 'mengakui kesalahan'. Sehingga dengan memakan ketupat bersama, diharapkan sesama Muslim dapat mengakui kesalahan dan saling memaafkan, serta melupakan setiap kesalahan.
Namun ada pendapat lain menyebutkan, Lebaran ketupat sebenarnya diangkat dari tradisi pemujaan Dewi Sri. Dewi Sri adalah dewi pertanian dan kesuburan, pelindung kelahiran dan kehidupan, kekayaan dan kemakmuran.
Ia merupakan dewi tertinggi dan terpenting bagi masyarakat agraris. Dewi Sri dimuliakan sejak masa kerajaan kuno seperti Majapahit dan Pajajaran. Di masa lalu, dan mungkin masih ada yang mempraktikkannya hingga saat ini, ada sebuah tradisi unik bernuansa mistis di masyarakat.
Ya, ketupat dipercaya sebagai sarana tolak bala atau jimat, yaitu dengan cara menggantungkan ketupat yang masih kosong di atas pintu rumah bagian depan, dalam jangka waktu berhari-hari, bahkan berbulan-bulan sampai kering. Hal tersebut dipercaya dapat menolak bala atau pengaruh negatif yang mencoba masuk.
Masyarakat di daerah tersebut masih memegang tradisi untuk tidak membuat ketupat di hari biasa, sehingga ketupat hanya disajikan sewaktu lebaran dan hingga sepekan sesudahnya. Sedangkan di Bali, ketupat sering dipersembahkan sebagai sesajian upacara.
Editor : Hadi Widodo