Sang raja yang terkenal dengan kesaktian dan kekuatannya berhasil membuat sebuah monumen kala itu yang terletak di utara Yogyakarta. Ia membangun sebuah bangunan yang menutupi bagian atas sebuah bukit yang telah dibentuk menjadi serangkaian teras. Lantai dan dinding penahannya ditutup dengan batu.
Menariknya dituliskan Vlekke pada bukunya "Nusantara Sejarah Indonesia", puncak bukit tersebut sengaja diratakan dan dengan demikian dibuat terlihat seperti atap rata sebuah bangunan besar.
Di pusat atap ini berdiri sebuah stupa yang berisi, atau dikira berisi, satu patung Buddha. Di sekeliling stupa inti ini ada banyak stupa batu kecil berhias yang ada di dalamnya berisi patung - patung Dhyani - Buddha. Dinding - dinding teras tertutup dengan pahatan.
Sosok Samaratungga sendiri sebagaimana diungkapkan sejarawan Slamet Muljana merupakan anak dari raja Mataram Samaragriwa yang pernah memerintah Medang pada tahun 800 - 812 Masehi. Pendapat Slamet Muljana ini dikuatkan dengan Prasasti Pongar yang dikeluarkan pada tahun 802 Masehi.
Prasasti tersebut menyebutkan Kamboja berhasil melepaskan diri dari penjajahan Jawa. Pelepasan Kamboja dari kekuasaan Jawa tersebut melatarbelakangi Samaragriwa kemudian membagi wilayah kekuasannya untuk kedua putranya Samaratungga dan Balaputradewa.
Editor : Hadi Widodo