PEKALONGAN, iNewsPantura.id - Doa Agar Dikaruniakan Keturunan akan dibahas dalam artikel ini. Di dalam al-Qur’an disebutkan doa-doa para Nabi alaihimus salam dan munajat orang shalihin agar dimudahkan diberikan keturunan.
Dikutip dari Kajian Habib Muhammad bin Yahya Cirebon bahwa ayat-ayat doa tersebut adalah:
رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاء
رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْداً وَأَنتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
As-Sayyid Abu Bakr Bin Abdurrahman Bin Abdullah Bin Husain Bin Thahir (dilahirkan pada tahun 1280 Hijriyah. Wafat tahun 1330 Hijryah) menyebutkan bahwa ayat-ayat tersebut sangat manjur dan teruji coba memudahkan seseorang diberikan oleh Allah Taala anak keturunan yang shalih dan shalihah.
رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاء
"Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendenganr do'a".(Ali Imran ayat 38)
رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْداً وَأَنتَ خَيْرُ الْوَارِثِينَ
"Ya Tuhanku , janganlah Engkau biarkan aku seorang diri (tanpa keturunan) dan Engkaulah ahli waris yang terbaik" (al-Anbiya ayat: 89)
kedua ayat di atas merupakan Doa nya Nabi Zakaria As. agar di beri keturunan sebagai pelanjut perjuangan nya menegakkan agama Allah Ta'ala.
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (al-Furqan ayat 74).
As-Sayyid Salim Bin Hafizh Bin Abdullah Bin Syekh Abu Bakr Bin Salim al-Husainiy (wafat tahun 1378 Hijriyah) Rahimahullah berkata: “Aku telah mengamalkan 3 doa ayat-ayat al-Qur’an di atas, dengan izin Allah Taala aku mendapatkan keberkahannya.”
Kaifiat mengamalkannya: Perbanyak membaca 3 ayat-ayat dua’iyah di tempat-tempat dan waktu-waktu mustajabah terutama setiap selesai shalat fardhu, di tengah malam, ketika berziarah ke makam para wali, ketika berada di majlis dzikir dan majlis ilmu, saat mahallul qiyam (berdiri pembacaan kisah maulid Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, ketika hujan besar, setelah bershadaqah, pada sujud terakhir setiap shalat baik shalat wajib dan sunnah dan lain-lain. Minimal ketiga ayat di atas dibaca 100 kali shabahan (pagi) dan 100 masa’an (sore).
Dikutip dari kitab ittihaful Amajid Bi Nafaisil Fawaid karya Abdu Rabbih Abu Munyah as-Syakunjiy jilid 2 halaman 88.
Editor : Hadi Widodo
Artikel Terkait