KUDUS, iNewsPantura.id -- Atas dorongan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Nahdlatut Turots (NT), sebuah asosiasi pegiat dan peneliti khazanah keilmuan pesantren, akan menggelar sebuah perhelatan nasional bertajuk Jelajah Turots Nusantara atau Jalantara. Kegiatan ini merupakan ikhtiar pelestarian, eksplorasi, hingga revitalisasi manuskrip dan karya tulis ulama Nusantara.
Ketua Nahdlatut Turots KH Ustman Hasan Al-Akhyari menyebut, dorongan kuat untuk menyelenggarakan Jalantara datang langsung dari Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. Menurutnya, apa yang dilakukan NT sejalan dengan visi besar NU dalam membangun peradaban berbasis nilai-nilai keislaman dan keilmuan para ulama terdahulu.
“Romo Kiai Miftah menilai, turots ulama merupakan fondasi penting yang harus mengisi peradaban. Karena itu, beliau mendorong agar gerakan ini diperluas tidak hanya di Jawa-Madura, tapi juga menjangkau seluruh Indonesia,” ujar Ustman dalam keterangan tertulis, Minggu (6/7).
Sebagai bentuk konkret, NT akan menggelar Jalantara di lima zona besar: Jawa-Madura, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Kawasan Timur Indonesia. Setiap zona akan menjadi lokus gerakan pelestarian turots secara lebih terstruktur, sistematis, dan masif.
Kick off perdana akan digelar di Kabupaten Kudus, mewakili Zona Jawa-Madura, pada 13 Juli 2025. Masjid Menara Kudus dan kawasan sekitarnya dipilih sebagai pusat kegiatan.
“Kudus memiliki posisi penting dalam lanskap keilmuan ulama Nusantara. Tidak hanya karena keberadaan Sunan Kudus sebagai bagian dari Walisongo, tetapi juga karena banyak ulama mumpuni lahir dari kota ini dengan warisan karya tulis luar biasa,” ungkap Ketua Panitia Jalantara, Ayung Notonegoro.
Salah satu tokoh sentral yang akan diangkat dalam Jalantara adalah Syaikh Abdul Hamid Kudus (w. 1334 H), seorang ulama asal Kudus yang mengajar di Masjidil Haram, Mekkah, dan menulis puluhan kitab dalam berbagai bidang keilmuan.
“Selama ini, Syaikh Abdul Hamid kerap disangka berasal dari Timur Tengah. Padahal, bukti-bukti kuat menunjukkan beliau adalah keturunan Kudus. Kegiatan ini menjadi momen mengembalikan sosok beliau ke pangkuan kampung halamannya,” tutur Ayung.
Rangkaian acara Jalantara mencakup pengajian akbar, seminar nasional, pameran manuskrip, hingga peluncuran kitab yang mengangkat tema dan karya Syaikh Abdul Hamid Kudus. Sejumlah tokoh nasional dijadwalkan hadir, termasuk KH Miftachul Akhyar, KH Zulfa Mustofa, KH Abdul Ghaffar Rozin (Gus Rozin), serta para akademisi dan peneliti.
Tak hanya itu, NT juga akan menggelar Workshop Jalantara sebagai sarana pelatihan teknis bagi para pemilik manuskrip, pesantren, dan komunitas pernaskahan. Pelatihan ini mencakup tahapan pelestarian (preservasi), digitalisasi, hingga diseminasi.
“Peserta pelatihan nantinya akan menjadi agen pemuliaan turots di daerah masing-masing. Inilah bentuk konkret transformasi keilmuan dari naskah-naskah klasik ke ranah publik,” jelas Ayung.
Ayung berharap, kegiatan ini menjadi pemantik kesadaran kolektif masyarakat akan pentingnya menjaga warisan keilmuan para ulama Nusantara. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak yang turut mendukung.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK), Pemkab Kudus, UIN Sunan Kudus, struktur NU setempat, Pesantren Bendan, dan seluruh stakeholder yang mendukung kesuksesan kegiatan ini,” katanya.
Editor : Suryo Sukarno
Artikel Terkait