Kisah Rasulullah SAW Bagian 110: Perjalanan Pasukan Usro

Hadi Widodo
Ilustrasi (Foto: Okezone)

PEKALONGAN, iNewsPantura.id - Kisah Rasulullah SAW Bagian 110 ini  menjadi wajib dibaca dan diketahui para kaum muslimin dikutip dari Kajian Habib Muhammad bin Yahya Pekalongan.

 

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد

Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.

Perjalanan Pasukan Usro

Pasukan ini dinamakan pasukan Usro artinya pasukan yang berangkat dalam keadaan penuh kesulitan.

Dalam perjalanan, pasukan melewati Al Hijr. Dahulu tempat ini merupakan kediaman kaum Tsamud yang durhaka.

Di lembah itu orang-orang mengambil air untuk persediaan minum mengingat jalan masih sangat jauh.

Namun, Rasullullah SAW bersabda:

“Janganlah kalian minum air di sini dan jangan pula dipergunakan untuk berwudhu. Adonan gandum yang telah kalian campurkan dengan air tadi berikan saja kepada unta, jangan kalian makan sedikit pun.

Jangan kalian memasuki tempat-tempat yang dahulu dipergunakan kaum Tsamud untuk menganiaya diri mereka sendiri, nanti kalian akan tertimpa musibah seperti yang menimpa mereka, kecuali jika kalian adalah orang-orang yang suka menangis jika mengingat dosa.”

Rasullullah SAW segera mempercepat jalannya melewati lembah tersebut sambil menundukkan kepala.

Di suatu tempat, pasukan berkemah dan Rasullullah SAW berpesan:

“Malam ini janganlah kalian keluar jika tidak disertai seorang teman.”

Pesan itu disampaikan karena Rasullullah SAW tahu bahwa tempat itu tidak pernah dilalui orang, dan hembusan pasir yang ganas sering mengubur orang maupun binatang.

Akan tetapi malam itu ada dua orang yang melanggar pesan Rasullullah SAW.

Salah seorang menghilang dibawa angin dan yang satu lagi tewas tertimbun pasir.

Perjalanan kembali dilanjutkan, tetapi para sahabat sangat khawatir karena persediaan air mereka kini tidak cukup.

Maka Rasullullah SAW pun berdoa.

Dengan izin Allah SWT, awan hitam datang bergulung-gulung dan turunlah hujan lebat yang memenuhi kebutuhan semua orang.

Di waktu lain, dalam perjalanan itu persediaan makanan menipis dan para sahabat menderita kelaparan.

Mereka meminta izin kepada Rasullullah SAW agar diperbolehkan menyembelih unta-unta. Namun Rasullullah SAW memerintahkan agar semuanya mengumpulkan makanan yang tersisa.

Setelah terkumpul Rasullullah SAW berdoa. Setelah itu Beliau berkata:

“Ambillah dan penuhilah kantong-kantong kalian.”

Maka para sahabat memenuhi kantong-kantong mereka sampai penuh.

Kemudian mereka makan sampai kenyang, namun makanan itu masih tersisa.

Rasullullah SAW pun mengucapkan kalimat syahadat dan bersabda:

“Tidaklah seorang hamba pun yang mengucapkan kalimat itu tanpa ragu, maka kelak ketika berhadapan dengan Allah, ia pasti akan masuk surga.”

Keberanian Rasullullah SAW dan para sahabatnya menantang kekuatan yang jauh lebih besar, bersumber pada rasa percaya diri.

Orang Islam adalah kaum yang sepatutnya percaya kepada diri sendiri.

Sebab kekuatan yang ada pada dirinya digantungkannya kepada kekuatan yang mengatur alam, yaitu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى.

Pasukan Romawi Mundur

Akhirnya Rasullullah SAW tiba di Tabuk.

Mereka segera menyiapkan diri untuk bertempur.

Di hadapan pasukannya, Rasullullah SAW berpidato dengan penuh semangat.

Rasulullah SAW mengingatkan akan kebaikan dunia dan akhirat yang bisa dicapai dengan berjuang sungguh-sungguh.

Rasulullah SAW juga memberi kabar gembira dan kabar kemenangan pasukan yang tadinya begitu letih, kini berubah menjadi pasukan berhati baja yang siap mati membela Islam.

Kebulatan tekad pasukan Rasullullah SAW ini terdengar oleh musuh.

Keberanian Romawi ciut mendengar kehebatan pasukan Muslim menyeberangi gurun tandus dan cuaca yang sangat panas dan ganas dengan bekal seadanya.

Tidak akan ada satu pun kekuatan yang mampu menahan pasukan setangguh itu. Dihantui rasa takut, pasukan Romawi yang tersohor itu pun bergerak mundur sebelum lawannya terlihat.

Mereka berpencar dan kembali ke daerah masing-masing.

Kemenangan tanpa bertempur ini melambungkan nama pasukan Islam. Berduyun-duyun, para pembesar di daerah-daerah perbatasan Romawi mendatangi Rasullullah SAW untuk berdamai.

Para penduduk Jarba, Adzruh dan Aila menyatakan tunduk di bawah pemerintahan Muslim.

Penduduk suatu daerah yang tunduk kepada pemerintah muslim namun tetap mempertahankan agama mereka, wajib membawa jizyah berupa sejumlah uang. Dengan demikian pasukan muslim akan datang membela apabila suatu saat musuh menyerang daerah itu.

Penduduk Aila yang beragama Nasrani adalah termasuk di antara mereka yang membayar jizyah.

Yuhanah bin Ru’bah pemimpin Aila datang dengan salib emas di dadanya.

Ia membawa hadiah dan menandatangani perjanjian damai.

Rasullullah SAW pun memberinya mantel tenunan Yaman dan menerima Yuhanah dengan santun.

Namun Ukaidir bin Abdul Malik Al Kindi, orang Nasrani yang memimpin penduduk Dumatul Jandal, malah meminta bantuan pasukan Romawi untuk melawan tentara muslim.

Maka, Rasullullah SAW memerintahkan Khalid bin Walid beserta 500 pasukan berkuda untuk melawannya.

Dengan diam-diam tapi sangat cepat Khalid bin Walid menyerang pada waktu malam.

Ia berhasil menawan Ukaidir yang tengah berburu lembu liar.

Maka Dumatul Jandal pun takluk.

Mereka menyerahkan 2.000 unta, 800 kambing, 400 wasaq gandum, dan 400 baju besi.

Ukaidir pun masuk Islam di hadapan Rasullullah SAW dan menjadi sekutu kaum muslimin.

Keperkasaan pasukan muslim bersumber dari rasa percaya kepada Allah SWT . Siapa saja yang percaya kepada Allah SWT maka dia tidak akan merasa takut mengarungi lautan kehidupan.

Dia tidak percaya bahwa akan ada kekuatan di alam ini yang sanggup merintanginya kalau tidak diizinkan oleh Allah SWT.

Dia tidak percaya bahwa dia akan ditimpa bahaya, kalau tidak telah tertulis lebih dahulu dalam ilmu ALLAH SWT.

Dia selalu berbaik sangka kepada Allah SWT.

Tiba di Madinah 

Duapuluh hari lamanya Rasullullah SAW tinggal di Tabuk.

Setelah itu Rasulullah SAW pulang bersama ribuan pasukan muslim.

Mereka berhasil meraih kemenangan tanpa mengalami serangan sedikit pun.

Namun bahaya sebenarnya belum berakhir. Khususnya bagi Rasullullah SAW sendiri.

Dalam perjalanan pulang ini Rasullullah SAW melewati jalan di sebuah bukit.

Saat itu Rasulullah SAW ditemani oleh Ammar bin Yasir yang memegang tali kekang unta Rasullullah SAW dan Hudzaifah bin Al-Yaman yang berjalan di depan.

Diam-diam 12 orang munafik yang ikut pasukan muslim datang mengendap-endap. Mereka berniat membunuh Rasullullah SAW.

Ini adalah kesempatan baik yang telah lama mereka tunggu dari sejak berangkat.

Ketika itu pasukan muslim justru sedang berada di lembah jauh di bawah mereka.

Namun Rasullullah SAW dan kedua sahabatnya mendengar gerakan 12 orang itu.

Mereka bertiga menoleh ke belakang.

Orang-orang munafik itu terkejut dan melarikan diri.

Rasullullah SAW memerintahkan Hudzaifah untuk mengejar.

Pengajaran itu sampai hampir berhasil karena Hudzaifah sudah bisa menjangkau unta-unta mereka dengan pukulan tongkatnya.

Namun orang-orang itu berhasil berbaur di tengah pasukan muslim sehingga tidak terlihat lagi.

Walaupun mereka berusaha menutupi wajah, Hudzaifah berhasil mengetahui nama-nama mereka dan memberitahukannya hanya kepada Rasullullah SAW saja.

Sejak itu Hudzaifah dijuluki sebagai orang yang dapat memegang rahasia Rasullullah SAW.

Setelah 55 hari meninggalkan Madinah, pasukan muslim kembali.

Dari jauh terlihat samar-samar sebuah gundukan gunung.

Rasullullah SAW bersabda:

“Itu adalah gunung Uhud, ia mencintai kami dan kami pun mencintainya.”

Orang-orang di Madinah mendengar kedatangan pasukan dari kejauhan.

Maka para wanita dan anak-anak keluar rumah untuk menyongsong pasukan dengan gembira.

Mereka mengucapkan syair seperti yang dulu pernah dikumandangkan ketika Rasullullah SAW berhijrah dan tiba di Madinah.

Rasullullah SAW berangkat ke Tabuk pada bulan Rajab dan tiba pada bulan Ramadan.

Ini merupakan peperangan terakhir bagi Rasulullah SAW.

Apa yang kemudian terjadi pada orang yang meninggalkan perang?

Tidakkah mereka malu berhadapan dengan pasukan yang kembali dengan kemenangan ini?

Keempat macam sifat hati itu adalah:

(1) Hati yang bersih di dalamnya ada pelita yang bersinar itulah hati orang mukmin.

(2) Hati yang tertutup, adalah hati orang kufur.

(3) Hati yang terbalik, adalah hati orang munafik dia mengetahui kemudian mengingkari dia melihat kemudian buta.

(4) Hati yang didalamnya terkandung iman dan nifaq.

Orang-orang yang Tidak Ikut Berperang

Begitu tiba di Madinah, Rasullullah SAW langsung masuk ke masjid dan sholat dua rakaat. Orang-orang munafik menjadi gelisah.

Maka berduyun-duyunlah mereka menghadap Rasullullah SAW dan mengemukakan berbagai alasan, bahkan sampai bersumpah.

Jumlah mereka mencapai 80 orang lebih. Meskipun tahu bahwa semua alasan itu dibuat-buat, Rasullullah SAW menerimanya, tetapi beliau serahkan apa yang ada di hati mereka kepada Allah SWT.

Sedangkan Kaab bin Malik, Murarah bin Ar Rabi dan Hilal bin Umayyah berterus terang bahwa mereka lalai.

Sebenarnya mereka dalam keadaan kuat dan mampu, namun mereka memutuskan untuk tidak berangkat.

Rasullullah SAW bersabda:

“Apa yang kalian katakan memang tidak bohong.

Pergilah sampai Allah SWT menentukan sendiri persoalanmu.”

Kemudian Rasullullah SAW melarang kaum muslimin bercakap-cakap dengan ketiganya. Kaab menuturkan semua orang menjauhkan diri dari kami dan mereka berubah sikap terhadap kami sehingga aku merasa seolah-olah bumi yang kupijak ini bukanlah bumi yang kukenal!”

Sementara Murarah bin Ar Robi dan Hilal bin Umayyah menghabiskan hari-hari mereka dengan berdiam diri di dalam rumah dan terus menangis penuh rasa sesal, Kaab yang masih muda dan berwatak keras tetap keluar rumah.

Puluhan hari sudah ketiganya terasing entah sampai kapan, bahkan istri-istri mereka pun diperintahkan menjauh.

Ketika itu datanglah sepucuk surat dari Raja Ghassan kepada Kaab bin Malik,

“Kudengar Muhammad telah mengucilkan dirimu.

Tuhan tidak akan membuat dirimu hina dan nista.

Datanglah kepadaku engkau pasti kuterima dengan baik.”

Kaab berkata pada dirinya sendiri,

“Ini juga termasuk cobaan!”

Setelah itu, dilemparkannya surat itu ke dalam api.

Berbeda dengan kedua temannya, Kaab masih terus datang ke masjid untuk sholat berjamaah.

Dia bahkan memberi salam kepada Rasullullah SAW.

Namun Kaab tidak bisa mendengar apakah Rasullullah SAW membalas salamnya atau tidak. Kaab menuturkan,

“Kemudian aku sholat di dekat Rasullullah SAW sambil melirik kearah beliau.

Ternyata pada saat aku masih sholat beliau memandangku, namun setelah selesai sholat dan aku menoleh kepadanya beliau yang memalingkan muka”

Baru setelah 50 hari kemudian turunlah firman ALLAH SWT yang memberi ketiganya ampunan. Bagi Kaab bin Malik, Murarah Bin Ar-Rabi’ dan Hilal bin Umayyah hari itu adalah hari paling membahagiakan sejak mereka dilahirkan kedunia!

Rasullullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah SWT mengulurkan tangannya pada waktu malam supaya orang-orang yang berbuat salah pada waktu siang bertobat, dan dia mengulurkan tangannya waktu siang agar orang-orang yang berdoa pada waktu malam bertobat sampai terbit matahari dari tenggelamnya.” (hadits riwayat muslim dari Anas)

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد


Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala ali sayyidina Muhammad.

Editor : Hadi Widodo

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network