PEKALONGAN - Masih ingat Gading Ogi Saputra (17) ? remaja disabilitas pengidap Cerebral Palsy asal Dukuh Bubak Desa Kebonagung Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan yang tahun lalu viral di media hingga menarik perhatian Mensos Tri Rismaharini hingga datang lagsung ke Kajen menemuinya.
Gading tahun lalu mendapatkan bantuan motor roda tiga untuk membantu jualan yang diserahkan langsung oleh Risma dan nama gading makin viral di media sosial.
Makin banyak orang yang ingin kenal dan berbincang dengan Gading yang setiap maghrib sholat berjamaah di Masjid Al Muhtarom Kajen.
Bukan hanya itu, Gading bersama ibunya Susiyati juga pernah dijadikan narasumber dalam sebuah diskusi online yang digelar sebah lembaga nirlaba nasional bekerjasama dengan BUMN dan media nasional. Gading diperkenalkan sebagai penyandang Cerebral Palsy.
Menuurt situs aladokter.com, Cerebral Palsy adalah penyakit yang menyebabkan gangguan pada otot, gerak, dan koordinasi tubuh. Kondisi ini dapat terjadi pada masa kehamilan, ketika proses persalinan, atau di tahun pertama setelah kelahiran.
Gading memang mengalami disabilitas sejak lahir. Meski begitu tak membuat dia patah arang dan rendah diri. Dia dikenal sebagai remaja ceria, semangat dan gigih bekerja.
Sebelum diberi bantuan motor roda tiga oleh Risma. Gading sudah dikenal gigih berjualan dengan sepeda di sekitar alun alun Kajen, Kabupaten Pekalongan dari sejak Pukul 16.00 sd 23.00 atau sekitar lima jam. Setelah mendapatkan bantuan motor, dia bekerja lebih gigih lagi hingga 10 jam /hari. "Aku kerja mulai jam wolu tekan jam loro , istirahat mulai otewe meneh jam papat tekan sewelas (saya kerja mulai jam delapan sampai jam dua, istirahat kembali otewe (pergi kerja) empat sampai sebelas malam)" ujarnya dengan terbata bata kepada iNews usai Shalat Maghrib berjamaah di Masjid Al Muhtarom Kajen, Senin malam (14/2).
Penghasilannya kata dia, juga meningkat jika sebelumnya Rp 500 ribu/hari kini meningkat jadi Rp 1 juta/hari. Sebagian besar uangnya kata dia digunakan belanja barang lagi dan sebagian lainnya ditabung di Bank.
Bukan hanya gigih bekerja, Gading juga selalu ke masjid dan langsung menuju ke tempat wudhu saat azan maghrib berkumandang. Bersusah payah dia merangkak menuju ke tempat wudhu. Saat ada orang-orang yang iba dan ingin membantunya dia menolak.
Pun begitu saat ada orang yang memberikan kelebihan uang kembalian, dia menolak. "Saya bukan pengemis,saya jualan," ujarnya sambil tersenyum dan susah payah mencari uang kembalian.
Gading benar-benar jadi sumber inspirasi bagi sekitarnya, berkat kegigihan, etos kerja, kedisiplinan dalam beribadah hingga kejujuran dan kuatnya menjaga martabat untuk tak mau menerima uang yang bukan haknya atau uang pemberian orang lain.
Tak heran jika temannya banyak, dari mulai remaja sebayanya, para pegawai, wartawan, polisi, anggota DPPRD, pejabat pemerintahan , sampai jaksa. "Gading memang luar biasa, saya sering ngobrol dengan dia dan banyak dapat pelajaran. Tapi ya masih saja ada yang tega berbuat jahat dengan dia,dan mencuri dagangannya. Tapi biasanya kalau ada yang lihat langsung dihajar ramai ramai yang berbuat jahat itu. Gadig temannya banyak dari pejabat, wartawan, polisi sampai jaksa,'' ujar Arifin (55) salah seorang pejabat di Pemkab Pekalongan.
Editor : Muhammad Burhan
Artikel Terkait