PEKALONGAN,iNews - Membanjirnya bisnis kafe di Kota dan Kabupaten Pekalongan serta Batang dua tahun terakhir ini dinilai belum menyejahterakan petani kopi.
Demikian terungkap dalam diskusi para pegiat kopi di Rumah Kopi Bariti, Karanganyar, Kabupaten Pekalongan,Jawa Tengah Selasa sore (22/2).
Saronto (55), salah seorang petani kopi asal Lebakbarang Kabupaten Pekalongan, menandaskan, membanjirnya kafe di Pekalongan belum menyejahterakan petani lokal. Pasalnya sebagian besar kafe di Pekalongan justru masih menggunakan kopi dari luar kota seperti kopi Temanggung."Para pedagang kepada kami menilai Harga kopi lokal terlalu tinggi," ujarnya.
Menurut Saronto, harga dari daeah lain seperti Temanggung bisa lebih murah karena para petani dan pengolahnya sudah didukung dengan teknologi sehingga bisa memproduksi lebih cepat untuk menjual dalam bentuk green coffe bean (biji kopi mentah/beras kopi) maupun dalam bentu roast bean (biji kopi yang sudah diroasting/sangrai).
Hal senada di sampaikan Wahyu (40), petani dan pedagang kopi asal Kutorojo Kajen. Kopi lokal Pekalongan kata dia belum jadi tuan rumah di tengah membanjirnya bisnis kafe dan pedagangan kopi.
Padahal kopi Pekalongan kata dia, masuk peringkat lima besar dalam kontes kopi tahunan di Jember. "Tahun kemarin kita bisa peringkat lima besar, namun brand Kopi Pekalongan masih kalah dengan daerah lain seperti Temanggung," ujarnya.
Hal itu diamini oleh Ketua Perkumulan Petani dan Pegiat Kopi Pekalongan (P3KP) Agus Setiawan dan pengurus lainnya, Sutaryo Timbul. Menurut mereka, perlu ada komitmen bersama para pegiat kopi dari hulu sampai hilir dari mulai petani, prosessor atau pengolah pasca panen, roaster, barista hingga para pedagang kopinya.
Di Kabupaten Pekalongan ada 9 kecamatan yang merupakan penghasil kopi di antaranya Paninggaran, Petungkriyono, Talun,Labakbarang, Doro, Karanganyar, Kajen, Kandangserang, dan Kesesi. Info terkait bisa diklik link berikut
Editor : Muhammad Burhan
Artikel Terkait