KENDAL, iNews.Pantura.id - Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, prevalensi stunting di Kabupaten Kendal mencapai 17,5 persen. Namun, hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 menunjukkan adanya peningkatan sebesar 4,9 persen, sehingga angka stunting di Kabupaten Kendal menjadi 22,4 persen.
Menyikapi situasi ini, berbagai upaya cepat dan sigap dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya adalah inovasi dari Kecamatan Patean melalui pembentukan Kelompok Peduli Stunting Masyarakat Dusun (Kepiting Madu).
Sekretaris Camat Patean, Eko Supriyono menjelaskan bahwa program Kepiting Madu merupakan terobosan yang dibuat untuk segera menurunkan angka stunting di wilayahnya.
“Meskipun tidak bisa diselesaikan 100 persen, kami berharap program ini mampu menurunkan angka stunting dengan signifikan,” katanya selasa 22 oktober 2024.
Pilot project Kepiting Madu ini dilaksanakan di dua desa, yaitu Dusun Pakisan di Desa Pakisan dan Dusun Wonokerto di Desa Kalices. Alasan pemilihan dua dusun kecil tersebut tidak lepas dari hasil survei stunting tahun 2023 yang menunjukkan tingginya angka stunting di kedua desa tersebut.
"Data tahun lalu menunjukkan angka stunting di Desa Pakisan dan Kalices tergolong tinggi, sehingga kami sepakat untuk memulai pilot project di sana," lanjutnya.
Eko juga menjelaskan bahwa pembentukan Kepiting Madu bertujuan untuk memastikan kerja tim terkoordinasi dengan baik, dengan prioritas kerja yang jelas, pendanaan yang transparan, serta target yang realistis.
Karena program ini berbasis dusun, maka setiap kepala dusun bertindak sebagai penanggung jawab dan koordinator. Tim Kepiting Madu di setiap dusun minimal terdiri dari tiga orang, yaitu kepala dusun, bidan desa, dan satu warga masyarakat.
Salah satu fokus utama tim Kepiting Madu adalah memastikan bahwa apabila kasus stunting disebabkan oleh penyakit bawaan, tim bisa segera berkoordinasi dengan puskesmas untuk mendapatkan penanganan medis yang cepat dan tepat. Dengan demikian, penanganan stunting bisa dilakukan dengan efektif, terutama pada kasus yang memerlukan intervensi medis.
Evaluasi program ini dilakukan setiap bulan untuk memastikan semua tim berjalan searah dalam misi dan visi yang sama. Salah satu masalah yang diidentifikasi selama ini adalah kurangnya kehadiran balita di posyandu, yang menyebabkan data stunting sulit dipantau secara akurat.
“Kehadiran balita di posyandu menjadi tantangan besar. Kami menargetkan 92 persen kehadiran, tetapi saat ini baru mencapai 87 persen. Oleh karena itu, salah satu tugas utama Kepiting Madu adalah meningkatkan kehadiran balita di posyandu hingga memenuhi target,” jelas Eko.
sementara Aris Munandar, Kepala Desa Kalices, yang wilayahnya menjadi salah satu pilot project program Kepiting Madu, menyatakan dukungannya terhadap inisiatif ini. "Saya sangat senang dengan pembentukan kelompok ini. Program berbasis dusun sangat efektif karena jika ada balita yang tidak datang ke posyandu, tim langsung jemput bola mendatangi rumah warga tersebut," ujar Aris.
Ia optimis bahwa program ini akan berhasil menekan angka stunting di desanya.
Hal senada juga disampaikan Suwanda, Kepala Desa Pakisan. Ia yakin bahwa program Kepiting Madu akan membawa hasil yang signifikan dalam upaya penurunan angka stunting di wilayahnya.
“Dengan kelompok yang berbasis di dusun ini, saya yakin angka stunting akan bisa ditekan dengan efektif dan pasti berhasil,” katanya.
Dukungan terhadap program Kepiting Madu diberikan Rubiyanto, anggota Komisi A DPRD Kendal. Ia menilai bahwa program ini harus menjadi model bagi kecamatan lain di Kabupaten Kendal.
"Saya tadi berbincang dengan Camat Patean dan mendengar kabar bahwa angka stunting di wilayah Patean sudah mulai menurun. Program ini sangat baik dan saya berharap kecamatan lain segera mengadopsi model Kepiting Madu untuk menurunkan angka stunting di Kendal," pungkasnya.
Dengan adanya program Kepiting Madu, Kecamatan Patean diharapkan dapat menjadi contoh bagi kecamatan-kecamatan lain dalam mengatasi masalah stunting di daerah mereka. Melalui kerja sama yang baik antara pemerintah desa, tim medis, dan masyarakat, upaya menurunkan angka stunting bisa dilakukan dengan lebih cepat dan efektif.
Editor : Eddie Prayitno
Artikel Terkait