KUDUS, iNewsPantura.id -- Menyambut datangnya bulan suci Ramadan, warga Desa Margorejo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, menggelar tradisi unik berupa kirab Alquran kuno peninggalan Sunan Kudus, Sabtu (22/2).
“Tradisi ini bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Selain itu juga sebagai ajang untuk bersedekah secara umum,” terang salah seorang panitia, Kanjeng Raden Tumenggung Fajar Juniarto Adinagoro.
Dan sejak siang, warga telah berkumpul di sekitar lokasi untuk menantikan momen kirab yang kini kembali dikenalkan kepada generasi muda. “Tradisi ini merupakan warisan leluhur yang biasa dilakukan menjelang Ramadan, meski tanpa hari khusus pelaksanaannya,” lanjutnyanya.
Dalam prosesi kirab, dua Alquran kuno peninggalan Sunan Kudus yang terbuat dari lontar dan kulit kerbau diarak mengelilingi desa. Sebelum kirab dimulai, warga melantunkan berbagai tembang Jawa berisi pesan spiritual tentang keesaan Tuhan, ajakan untuk terus beribadah, serta pengingat akan kematian.
Selain doa dalam bahasa Arab, tetua desa juga memimpin doa dengan tembang bahasa Jawa yang berisi harapan agar warga tetap istikamah dalam memeluk agama Islam dan selalu bersyukur atas karunia-Nya.
Kirab diawali dengan tari barongan yang diiringi musik khas. Dua kitab pusaka tersebut kemudian diarak sejauh dua kilometer, diikuti warga yang membawa payung bersusun tiga serta jajanan pasar.
Dalam kesempatan tersebut, tetua desa, Menurut tetua desa, Kanjeng Raden Riya Arya Panembahan Didik Alap Alap Gilingwesi juga membagikan amplop berisi uang kepada anak-anak yang hadir, serta membagikan jajanan pasar di sepanjang rute kirab. Tradisi ini diharapkan terus lestari sebagai bentuk syukur dan pengingat akan pentingnya nilai-nilai spiritual menjelang bulan suci.
“Bersedekah ini menjadi penting dibiasakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sekarang ini saja kebetulan menjelang ramadhan. Sedekah kan tidak selalu dalam bentuk uang misalnya, suka membagi makanan juga sebagai bentuk sedekah,” lanjut Panembahan Didik.
Selain itu, yang tak kalah penting adalah meperkenalkan kembali pakaian muslim tradisional orang jawa. Beskap sebenarnya pakaian muslim ala jawa. Sejak panembahan Demak hingga Pajang, Mataram, dan kasunanan Surakarta.
“Bentuk baju muslimnya yang seperti yang kami kenakan pada kirab kali ini. Setiap harinya tidak harus memakai yang seperti ini juga. Tapi setidaknya anak-anak dan generasi muda tahu,” pungkasnya.
Editor : Suryo Sukarno
Artikel Terkait