JAKARTA - Erick Thohir selaku Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan terus mengusut utang jumbo tak jelas dari perusahaan pelat merah.
Hal itu karena dikhawatirkan adanya dugaan korupsi. Jika ditemukan ada, Erick memastikan persoalan ini akan diselesaikan secara hukum.
Meski begitu, dia juga menegaskan tidak semua utang BUMN disebabkan adanya praktik korupsi. Menurutnya, sebagian BUMN mencatatkan utang produktif.
"Jadi ada pihak-pihak yang mengatakan utang BUMN besar, ya memang besar, itu kenapa di bawah kementerian kita rapikan, mana utang yang produktif, dan mana utang yang koruptif, yang koruptif kita sikat," ungkap Erick, Jumat (18/3/2022).
Utang keseluruhan BUMN hingga September 2020 mencapai Rp1.682 triliun. Tren kenaikan utang perseroan terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Pada tahun lalu, kenaikan signifikan terjadi karena BUMN kekurangan dana operasionalnya untuk menggenjot sejumlah program, salah satunya adalah anggaran BUMN Karya untuk pembangunan infrastruktur.
Di balik utang dengan nilai bombastik itu, BUMN juga membukukan nilai valuasi yang tak kalah menggiurkan. Erick mencatat total nilai valuasi saham tiga BUMN mencapai Rp 1.600 triliun hingga 2022.
Ketiga perusahaan pelat merah tersebut diantaranya, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, dan PT Bank BRI Tbk,.
Erick menilai pencatatan nilai valuasi saham ketiga perseroan negara itu menjadi yang tertinggi dalam sejarah Kementerian BUMN.
Nilai jumbo itu pun diklaim sebagai buah dari transformasi bisnis model ketiga BUMN. Adapun hingga tahun ini, Telkom mencatat nilai valuasi saham sebesar Rp500 triliun. Sementara Bank BRI hampir mendekati angka Rp700 triliun.
"Kalau kita lihat dengan transformasi di bisnis model, lihat valuasi dari saham-saham di BUMN, coba kita hitung, saham Telkom, BRI, Mandiri, kalau tidak salah Telkom itu Rp500-an triliun sekarang, ini valuasi tertinggi selama sejarah Telkom dan Kementerian BUMN. Belum lagi valuasi bank BRI itu hampir Rp700-an triliun, belum lagi valuasi Bank Mandiri, kalau kompelasi itu kira-kita Rp1.600 triliun, jadi bayangkan valuasinya tiga BUMN saja hampir Rp1.600 triliun," ungkapnya.
Bahkan, dia memandang pembukuan valuasi saham BUMN mendorong Bursa saham Indonesia menjadi salah satu pasar modal terbaik di Asia. Karena itu, Erick akan terus terus genjot valuasi saham BUMN kedepannya.
Pemegang saham juga terus mempersiapkan sejumlah BUMN untuk IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). Upaya ini menjadi bagian dari transparansi dan profesionalisme perusahaan.
Editor : Hadi Widodo
Artikel Terkait