Padi Siap Panen di Gunungkidul Ambruk Diterjang Hujan, Petani Merugi 

Kismaya
Kondisi tanaman padi di Padukuhan Polaman, Kalurahan Pampang, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul yang ambruk. iNews/Kismaya

GUNUNGKIDUL,iNewsPantura.id - Tiga hari menjelang panen, area persawahan milik petani di Padukuhan Polaman, Kalurahan Pampang, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul Yogyakarta, porak-poranda diterjang hujan deras disertai angin kencang.

Tanaman padi yang telah menguning dan siap dipanen roboh seketika, membuat harapan panen melimpah sirna dalam semalam.   Salah seorang petani, Wadino Mengatakan, hujan deras disertai angin menerjang kawasan tersebut sejak minggu.

"Hujan sejak ashar sampai hampir magrib, " kata Wadino Wadiyanto

Wadino menjelaskan, dampak dari hujan angin ini membuat tanaman padi siap panen menjadi roboh, "“Saya sudah menunggu hampir empat bulan. Tinggal dua hari lagi panen, tapi malah roboh semua. Hancur rasanya hati ini,” ucapnya.

Menurut Wadino, hujan deras yang mengguyur wilayah Pampang sejak sore kemarin berlangsung selama beberapa waktu diiringi hembusan angin kencang. Kondisi ini membuat tanaman padi yang sudah berat karena bulir-bulirnya yang matang tak mampu bertahan dan akhirnya ambruk. 

Kalau padi roboh seperti ini, susah dipanen, butuh waktu lebih lama, dan seringkali hasilnya berkurang. Gabah bisa berkualitas rendah karena terendam air dan mulai membusuk,” jelasnya. 

Wadino menjelaskan, keluarganya sebetulnya sudah berencana memanen padi tersebut pada hari Rabu, " Karena kebetulan sedang memanen di pekarangan rumah, dan juga tenaga panen bisanya pada hari rabu, harusnya sudah pas , mulai hari minggu mengerjakan yang di pekarangan rumah , senin sampai selasa selesai, Rabu tinggal yang diarea sawah yang lain, " imbuhnya.

 

Menurut putra Wadino, Kismaya, dirinya telah bersusah payah merawat padi sejak masa tanam. Ia berharap hasil panen tahun ini bisa lebih baik dibanding musim sebelumnya. Namun, kejadian ini membuatnya harus memanen padi dalam kondisi roboh, yang berisiko menurunkan kualitas gabah. 

“Kalau padi roboh seperti ini, susah dipanen, butuh waktu lebih lama, dan seringkali hasilnya berkurang. Gabah bisa berkualitas rendah karena terendam air dan mulai membusuk,” jelasnya. 

Kismaya bukan satu-satunya petani yang terdampak. Beberapa petani di sekitar Polaman juga mengalami hal serupa. Mereka kini hanya bisa pasrah dan berusaha menyelamatkan hasil panen semampunya. 

"Tentu ini akan merugikan petani, pasalnya padi roboh hasilnya tidak maksimal, pengerjaan jadi lebih lama dan biaya memanen lebih tinggi, " Jelasnya

Kismaya hanya bisa pasrah menghadapi hasil panen kali ini, padahal hasil panen tahun ini cenderung bagus, “Kami berharap ada solusi dari pemerintah, entah bantuan alat panen atau dukungan lain, supaya kerugian tidak terlalu besar,” kata Kismaya. 

Cuaca ekstrem seperti ini memang menjadi tantangan bagi petani, terutama menjelang masa panen. Kejadian ini menjadi pengingat bahwa pertanian sangat bergantung pada kondisi alam, dan para petani harus semakin siap menghadapi perubahan cuaca yang tak terduga.

Editor : Eddie Prayitno

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network