GUNUNGKIDUL, iNewsPantura.id - Di sebuah petak hutan di Ketangi, Banyusoca, Playen, Gunungkidul, pagi itu, tanah tampak digarap dengan semangat. Bukan hanya oleh petani, tetapi juga oleh polisi berseragam lengkap. Rabu, 9 Juli 2025, menjadi hari istimewa ketika Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) turun langsung menanam jagung bersama warga—sebuah langkah konkret mendukung ketahanan pangan nasional.
Penanaman serentak ini bukan kegiatan biasa. Ia menjadi bagian dari upaya Polri mendukung target besar: mengelola 1 juta hektare lahan jagung di seluruh Indonesia dengan potensi hasil panen hingga 10 juta ton. Dan Gunungkidul, dengan lahan kehutanan Petak 95 seluas 17 hektare, dipilih menjadi bagian dari proyek ambisius ini.
Sebagian lahan—seluas 4.000 meter persegi—dipersiapkan untuk fase awal penanaman. Kelompok Tani Sedyo Rukun, yang diketuai oleh sosok perempuan tangguh bernama Ibu Sudarmi, akan menjadi ujung tombak pengelolaan lahan ini bersama 42 petani penggarap lainnya.
“Kami ingin menjadi bagian dari solusi,” ungkap Wakapolda DIY Brigjen Pol Eddy Djunaedi, S.I.K., yang hadir langsung memimpin kegiatan. “Polri bukan hanya menjaga keamanan, tapi juga mendukung kesejahteraan masyarakat. Salah satunya, lewat ketahanan pangan,” jelasnya.
Tak hanya di Gunungkidul, penanaman jagung juga berlangsung serentak di seluruh Polda se-Indonesia melalui sambungan virtual. Di Grobogan, Jawa Tengah, sebagai pusat kegiatan nasional, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo turut hadir secara langsung, menegaskan betapa seriusnya komitmen Polri dalam mendorong swasembada pangan.
Lebih dari sekadar menanam, kegiatan ini membawa harapan baru bagi masyarakat sekitar. Pemanfaatan lahan-lahan kosong untuk pertanian menjadi peluang untuk memperkuat ekonomi lokal. Dan bagi para petani, dukungan dari aparat kepolisian memberi suntikan semangat dan rasa aman dalam mengelola hasil bumi.
Ibu Sudarmi, yang menjadi tokoh sentral di tengah masyarakat Petak 95, menyambut baik program ini. “Kami berharap hasil panen bisa dimanfaatkan untuk masyarakat. Yang sudah ditanam harus dipertahankan dan ditingkatkan,” tuturnya, penuh keyakinan.
Langkah ini memang belum mampu menjawab semua tantangan pangan di negeri ini. Namun, dari sudut hutan Gunungkidul, harapan itu mulai tumbuh—baris demi baris, butir demi butir jagung yang ditanam dengan semangat gotong royong.
Dan mungkin, di tengah hamparan ladang itu, kita semua bisa belajar bahwa kemandirian pangan bukan hanya soal beras dan jagung. Ia soal kemauan untuk bergerak bersama, menanam hari ini untuk masa depan yang lebih kuat.
Editor : Suryo Sukarno
Artikel Terkait