SEMARANG – Festival Arak-Arakan Cheng Ho kembali digelar di Kota Semarang, Minggu, 27 Juli 2025, untuk memperingati 620 tahun pendaratan Laksamana Cheng Ho di tanah Jawa. Ribuan warga dan jemaat dari berbagai daerah turut serta dalam tradisi budaya ini, yang menempuh rute sepanjang 6 kilometer dari kawasan Pecinan menuju Kelenteng Agung Sam Poo Kong, Simongan.
Acara dimulai pukul 05.00 WIB dari Kelenteng Tay Kak Sie, Gang Lombok, dengan berjalan kaki membawa patung Sampo Tay Djien (Cheng Ho). Rombongan diperkirakan tiba di Sam Poo Kong sekitar pukul 07.00 WIB dan disambut dalam prosesi sakral.
"Total ada 15 rombongan besar dari kelenteng-kelenteng dalam dan luar kota. Setiap rombongan membawa kio masing-masing dan akan diiringi barongsai," kata Anandita Rinaldi, General Manager Operasional Wisata Sampokong, Jumat sore (25/7/2025).
Anandita menjelaskan bahwa sebanyak 6.000 peserta diperkirakan terlibat, terdiri atas 3.000 peserta arak-arakan dan 3.000 warga yang menyambut di Sam Poo Kong, termasuk penonton konser dan pengunjung kawasan wisata.
Diikuti Tokoh Nasional dan Deretan Hiburan
Prosesi di Sam Poo Kong akan dihadiri sejumlah tokoh penting nasional dan daerah, antara lain Penasihat Khusus Presiden Bidang Energi Poernomo Yusgiantoro, Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi, Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti, serta Ketua Yayasan Sampokong Mulyadi Setiakusumah.
"Setelah penyambutan patung Cheng Ho, acara dilanjutkan dengan hiburan rakyat di panggung utama Sampokong," ujar Indra Suryajaya, Direktur Mahkota Enterprize selaku event organizer Festival Cheng Ho 2025.
Pentas Budaya dan Konser Musik Meriahkan Acara
Di panggung utama akan digelar serangkaian hiburan, mulai dari tarian tradisional Lajur Caping Kalo, atraksi barongsai, hingga konser musik.
Grup musik Azmi Pandemi akan membuka pertunjukan musik, dilanjutkan penampilan Yakustik, penyanyi dangdut Arlida Putri, serta aksi kolaboratif penyanyi dan DJ Jono Joni. Seluruh hiburan berlangsung hingga pukul 16.45 WIB.
Festival Cheng Ho tahun ini tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya Tionghoa di Semarang, tetapi juga momentum mempererat kebhinekaan serta menarik wisatawan lokal dan mancanegara.
Editor : Suryo Sukarno
Artikel Terkait