Gamelan Sepuh Pendapa Kudus Dibersihkan, Simbol Budaya Kembali Dihidupkan

Nur Choiruddin
Gamelan Tua Pendapa Kudus Mulai Dibersihkan, Usianya Diperkirakan Lebih dari Setengah Abad. Foto : iNewsPantura.id / Nur Ch

KUDUS, iNewsPantura.id – Satu perangkat gamelan kuno yang telah puluhan tahun berada di Pendapa Kabupaten Kudus mulai dibersihkan dan dirawat kembali.

Gamelan yang lekat dengan filosofi kejawen dan simbol wibawa pendapa ini sempat tak digunakan karena sejumlah komponennya rusak dan tak lengkap.

Dilihat dari bentuk fisik dan karakteristiknya, gamelan ini diperkirakan dibuat pada era 1970-an.

Menurut Bambang Widyanarko, perangkat gamelan tersebut sudah berada di pendapa sebelah timur sejak 1982. Saat itu, gamelan dirawat oleh Mbah Bejo, yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya, Suparto.

Bambang yang kini menjabat Kabag Pemerintahan Setda Kudus—dan sebelumnya pernah menjadi Kabag Umum—mengisahkan perjalanan gamelan tersebut.

“Saat saya masuk ke Dippenda pada 1989, gamelan ini sudah ada dan masih digunakan. Lalu pada tahun 2000, saya pindah ke bagian rumah tangga dan menjadi kasubag. Tahun 2003, saat Pak Tamzil menjabat Bupati, gamelan sempat diperbaiki karena notasinya mulai tipis,” tuturnya.

Namun seiring waktu, kerusakan semakin parah. Beberapa bagian bahkan tidak layak pakai. Pada 2017, saat Bambang menjabat Kabag Umum, perbaikan sempat dilakukan terhadap gong yang pecah. Sayangnya, banyak bagian gamelan yang sudah keropos dan tak bisa diselamatkan, meski sudah melibatkan pelatih karawitan dan tim ahli.

“Akhirnya, gamelan disimpan di gudang. Dirawat tidak memungkinkan, diremajakan juga tidak bisa karena keterbatasan regulasi dan anggaran. Biaya peremajaan satu set gamelan bisa mencapai Rp400 juta,” ungkapnya.

Sejak saat itu, gamelan disimpan di gudang Setda, awalnya di lantai 4 Gedung A, kemudian dipindahkan ke lantai 1 Gedung B.
Kabag Umum Setda Kudus, Abjad Atfitah Noor, menyampaikan bahwa saat ini pihaknya mulai melakukan perawatan dan inventarisasi bagian-bagian gamelan.

“Banyak perangkat yang rusak, dan belum ditemukan keseluruhan bagian gamelan secara utuh,” ujarnya.

Abjad menambahkan, Bupati Kudus Sam’ani Intakoris telah memberikan arahan agar gamelan tersebut ditata ulang dan difungsikan kembali di pendapa, usai menerima audiensi dari Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN).

Sejumlah instrumen diketahui hilang. Dari dua set demung, kini hanya tersisa satu. Beberapa saron pelog, clenthem, dan saron penerus juga belum ditemukan. Hanya gong yang masih lengkap.

Saat ini, proses pembersihan dan perawatan gamelan tengah berlangsung, diperkirakan memakan waktu sepekan. Proses ini dikerjakan oleh Waris (66), pelatih karawitan sekaligus tukang servis gamelan asal Ploso, Kudus. 

Waris menilai, gamelan milik pendapa Kabupaten Kudus tergolong berkualitas. “Dilihat secara fisik, ini gamelan bagus. Dari ukuran dan bentuknya, ini produksi tahun 1970-an. Kalau buatan setelah 1970-an biasanya lebih besar. Lihat saja, sekali dipoles langsung mengkilap,” katanya sambil membersihkan instrumen gamelan.

Menurut Bambang, keberadaan gamelan di pendapa bukan sekadar pelengkap dekorasi. “Gamelan itu bagian dari filosofi pendapa. Kalau tidak ada, sangat disayangkan. Keberadaannya menunjang wibawa dan budaya di lingkungan pemerintahan,” katanya.

Editor : Suryo Sukarno

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network