PURWOKERTO, iNewsPantura.id - Di tengah derasnya arus modernisasi dan dunia digital yang kian mendominasi, masih ada generasi muda yang memilih jalan berbeda — jalan yang sarat makna dan warisan budaya.
Penampilan istimewa dari seorang dalang muda berbakat, yang tak hanya pandai menembang dan mendalang, tetapi juga masih menjalani peran sebagai mahasiswa di bangku perguruan tinggi.
Dengan semangat muda, kreativitas, dan kecintaannya pada budaya Jawa, ia menghadirkan pementasan wayang yang memadukan nilai tradisi dan sentuhan kekinian.
Lakon yang dibawakan bukan sekadar hiburan, tapi juga sarana pendidikan moral, filosofi hidup, dan refleksi zaman.
Adalah Lulut Ardianto, Mahasiswa Fakultas Hukum Unsoed, Tampil Memukau sebagai Dalang Muda Lakon "Bimo Ngaji."
Lulut Ardianto, mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman yang lahir pada 16 Januari 2008, membuktikan bahwa kecintaannya pada seni tradisi tidak luntur di tengah kesibukan akademis di bidang hukum. Lulut Ardianto, adalah seorang mahasiswa Fakultas Hukum Unsoed angkatan tahun 2025 , berhasil memukau penonton dengan kemampuannya mengolah sabetan wayang dalam acara yang merupakan rangkaian perayaan Dies Natalis Unsoed ke-62. Acara ini digelar pada Sabtu, 25 November 2025 di halaman Kantor Pusat Universitas Jenderal Soedirman, dengan menghadirkan lakon populer "Bimo Ngaji."
Meskipun kedua orang tuanya, berprofesi sebagai wirausaha dan bukan dari latar belakang seniman pedalangan, Lulut menemukan panggilan jiwanya pada wayang.
“Pertama sih karena senang ya. Sering nonton wayang, terus jadi tertarik,” ujar Lulut.
Perjalanan Lulut dalam dunia pedalangan dimulai sejak ia duduk di kelas 7 SMP. Ia belajar dan mengasah kemampuannya di bawah bimbingan Pak Dalang Sikit di Cilacap. Meskipun jadwal manggungnya tidak selalu setiap bulan, ia tergolong dalang muda yang sudah berpengalaman, pernah tampil di berbagai lokasi di kabupaten Banyumas, Cilacap, dan Purbalingga.
Komitmen Melestarikan Wayang di Tengah Modernitas
Menariknya, Lulut memiliki visi yang jelas mengenai masa depannya. Ia bertekad untuk tetap menekuni dan melanjutkan kegiatan pedalangan seiring dengan pendidikannya di bidang hukum. “Tetap menekuni, tetap lanjut di pedalangan. Tapi tetap juga di pendidikan hukum juga tetap,” tegas Lulut. Ia berangan-angan untuk menjadi seorang profesional hukum sambil terus aktif sebagai dalang.
Dalam pesannya kepada generasi muda, Lulut mengajak untuk lebih mencintai warisan budaya sendiri:
“Kalau bukan kita, khususnya orang Jawa siapa lagi yang akan melestarikan budaya khususnya wayang kulit. Sering-seringlah nonton dan resapi nasihat yang ada dalam pagelaran, nanti lama-lama pasti akan menyukai.”
Lulut juga mengingatkan bahwa Wayang Kulit sejatinya merupakan sumber pelajaran hidup yang berharga. "Wayang itu pengajaran hidup. Kayak kehidupan asli di dunia sebenarnya, cerita-ceritanya," tutupnya.
Kehadiran Lulut Ardianto sebagai dalang dalam Dies Natalis ke-62 Unsoed ini menjadi simbol suksesnya regenerasi seniman dan bukti nyata bahwa seni tradisi dapat terus hidup dan berkembang di kalangan akademisi muda. Rektor Unsoed, Prof. Akhmad Sodiq, berharap semangat pelestarian budaya ini terus menyebar dan menginspirasi mahasiswa lainnya.
Editor : Suryo Sukarno
Artikel Terkait
