Kota-Kota Pesisir di Seluruh Dunia Terancam Tenggelam

Ribut Achwandi
Ilustrasi: Kota-kota pesisir di dunia terancam tenggelam

Kota-kota pesisir di seluruh dunia terancam tenggelam. Berdasarkan pengamatan satelit, dalam setiap tahunnya, permukaan tanah kota-kota pesisir terus digenangi air laut beberapa senti. Penurunan permukaan tanah dan naiknya permukaan air laut menjadi biangnya. Sehingga, risiko banjir akan terus mengancam kota-kota pesisir ini. Demikian, laporan para peneliti dunia yang dilayangkan dalam Geophysical Research Letters, 16 April kemarin.

Seperti dilaporkan www.sciencenews.org, Matt Wei, ilmuwan kebumian dari University of Rhode Island di Narragansett, bersama timnya mempelajari 99 kota pesisir di enam benua. Ia mengklaim, penelitian yang dilakukannya bersama tim merupakan penelitian pertama yang benar-benar menggunakan data dengan cakupan global. Sesuatu yang sangat berbeda dari penelitian sebelumnya, yang hanya bertumpu pada satu kota atau wilayah.

Untuk mendukung penelitiannya, Wei dan timnya mengandalkan pengamatan sepasang satelit Eropa yang dilakukan sejak tahun 2015 hingga 2020. Dengan mengandalkan pancaran sinyal gelombang mikro, tim peneliti mencatat setiap perubahan permukaan dan bentuk tanah dari waktu ke waktu, dalam satuan milimeter.

Yang mengejutkan dari penelitian itu adalah hasil pencatatan penurunan tanah. Wei menemukan tingkat penurunan tanah terbesar — ​​hingga lima sentimeter per tahun — sebagian besar terjadi di kota-kota Asia seperti Tianjin, Cina; Karachi, Pakistan; dan Manila, Filipina. Bahkan, sepertiga, atau 33 kota lainnya, rerata penurunan tanah lebih dari satu sentimeter per tahun.

Menyikapi temuan itu, Darío Solano-Rojas, ilmuwan kebumian di National Autonomous University of Mexico di Mexico City menyatakan fenomena itu sebagai tren yang sangat mengkhawatirkan. Kota-kota ini dilanda pukulan ganda: Pada saat yang sama, permukaan air laut naik karena perubahan iklim, permukaan tanah juga turun.

Menurut Wei dan rekan-rekannya, penurunan tanah itu sebagian besar disebabkan oleh manusia. Hal itu terlihat melalui pantauan citra Google Earth atas sejumlah kawasan yang terdapat di kota-kota kota yang tenggelam dengan cepat. Tim melihat, sebagian besar kawasan itu merupakan kawasan pemukiman atau komersial. Ia mensinyalir, ekstraksi air tanah merupakan faktor pendorong yang mempercepat penurunan muka tanah. Bentang alam cenderung mengendap karena air dipompa keluar dari akuifer.

Tapi ada alasan untuk berharap. Di masa lalu, kota-kota seperti Shanghai dan Jakarta rata-rata penurunan muka tanah mencapai lebih dari 10 sentimeter per tahun. Tapi sekarang penurunan tanah di tempat-tempat itu telah melambat, mungkin karena peraturan pemerintah baru-baru ini yang membatasi pengambilan air tanah.

Editor : Ribut Achwandi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network