Kiai Abdul Kholid Ma'rufi Ajak Anak Muda Menjawab Tantangan Zaman

Ribut Achwandi
Kiai muda Abdul Kholid Ma'rufi saat memberikan mauidlah hasanah di hadapan para santri di Gedung Aswaja, Kamis (21/4/2022) malam.

PEKALONGAN, iNews – Ketidakpastian global yang belakangan ini menjangkiti seluruh belahan dunia membuat masyarakat dunia dihadapkan pada kondisi psikologi sosial yang serba tertekan. Dikhawatirkan, hal ini akan semakin mengikis keyakinan umat manusia di dalam menjalankan ajaran agama yang bermuara pada etika (akhlak).

Untuk alasan itu, Kiai muda Abdul Khalid Ma’rufi, pendakwah sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Ayo Ngaji kembali mengingatkan arti pentingnya haul. Hal itu disampaikannya di hadapan ratusan santri yang turut hadir dalam helat Pengajian dan Haul Hadratus Syekh K.H. Hasyim Asy’ari, Kamis malam (21/4/2022) di gedung Aswaja.

“Kegiatan haul itu penting. Supaya kita tidak sampai kepaten obor. Sehingga, kita bisa memahami dan mengerti apa-apa yang dilakukan para pendahulu kita. Juga mempelajari pemikiran-pemikiran beliau-beliau,” ungkap Kiai muda yang gaul itu.

Menurutnya, dengan mempelajari sejarah, lebih-lebih pemikiran para tokoh pendahulu, khususnya pemikiran K.H. Hasyim Asy’ari, siapa pun akan mendapatkan bekal bagi masa depannya. Sebab, antara masa lalu, masa kini, dan masa depan memiliki kaitan satu sama lain.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan, saat ini bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, dihadapkan pada 5 bentuk ancaman. Pertama, ancaman di bidang budaya. “Keterbukaan informasi yang sampai luber ke mana-mana telah membuat kita mudah mempelajari ragam budaya, baik dari luar maupun dari bangsa sendiri. Akan tetapi, jika hal itu tidak difilter, maka bukan tidak mungkin kita akan mudah dipengaruhi oleh budaya-budaya asing yang cenderung merusak,” ujarnya.

Oleh sebab itu, ia menyerukan, agar luberan informasi itu tidak sampai menghilangkan jejak para pendahulu. “Sebagai orang Jawa, jangan sampai kita kehilangan makna dari Jawa yang kita miliki,” tuturnya.

Kedua, ancaman teknologi. Perkembangan teknologi yang melaju pesat, baginya adalah sebuah kemajuan sekaligus ancaman. Terutama, apabila anak-anak muda hanya bisa menjadi pengguna teknologi.

“Seperti yang belakangan terjadi, ketika perang Rusia dan Ukraina pecah. Negara-negara maju memperlihatkan kepada kita bagaimana hebatnya teknologi persenjataan mereka. Hal itu membuat kita bisa saja ciut dan merasa tidak percaya diri. Mengapa? Karena teknologi yang kita miliki sampai saat ini masih sangat terbatas,” terang dai muda dengan suaranya yang ngebass itu.

Maka, ia pun menganjurkan, agar generasi muda segera mengubah pola pikirnya. Tidak cukup hanya menjadi pengguna teknologi, melainkan harus mulai berpikir dan berikhtiar pula untuk menciptakan teknologi.

Ketiga, fenomena uang digital yang disinyalir akan menggantikan uang kartal. “Digitalisasi uang barangkali akan menjadi keniscayaan. Semua transaksi akan diarahkan ke sana. Oleh sebab itu, anak-anak muda jangan sampai gagap teknologi. Sebaliknya, harus melek teknologi agar kita tidak mudah tertipu oleh permainan uang digital,” serunya.

Keempat, perang biologis yang mengancam kehidupan seluruh makhluk di bumi. Menurutnya, perang biologi sangat mungkin terjadi. “Sebab, di masa lampau pun hal itu pernah terjadi. Serangan wabah yang mendadak dalam peperangan menjadi salah satu strategi yang sudah dilakukan oleh bangsa-bangsa terdahulu. Maka, kita mesti waspada dan terus berusaha mengembangkan keilmuan kita,” katanya.

Kelima, berkenaan dengan sumber makanan, minuman, dan energi. Kiai Abdul Khalid Ma’rufi menyebutkan bahwa siapa pun di negeri ini sudah sangat paham, bagaimana kemudian sumber-sumber itu dikuasi oleh beberapa gelintir orang yang bukan bangsa sendiri. “Oleh karenanya, perlu dipikirkan pula bagaimana cara untuk mengembalikan aset kekayaan alam kita agar dapat dikelola secara mandiri oleh bangsa sendiri,” ungkapnya.

Meski demikian, ia tidak menutup mata dengan kehadiran industrialisasi raksasa yang belakangan mulai bercokol di negeri ini. Lebih-lebih di daerah Batang.

“Kalau industri besar dibuka di Batang, maka kita pun akan kena imbasnya. Perubahan pola pikir, tujuan hidup, dan sebagainya, akan sangat memengaruhi model pergaulan dan model-model etika dan budaya. Untuk itu, kita mesti bersusah payah untuk tetap mempertahankan kekayaan budaya negeri sendiri agar kita tak mudah tergiur oleh rayuan industrialisasi,” ungkapnya.

Ia menambahkan, salah satu untuk mengimbangi perubahan zaman yang berjalan pesat ini adalah dengan terus mempelajari ilmu agama (mengaji). “Hal itu yang dilakukan oleh pendiri Nahdlatul Ulama yang malam ini kita peringati haulnya. Dengan mengaji, kita akan mendapatkan lebih banyak pengetahuan dan solusi-solusi bagi permasalahan yang dihadapi bangsa, maupun yang kita hadapi. Makanya, perdalam ilmu agama kita. Sebagaimana dicontohkan Hadratus Syekh K.H. Hasyim Asy’ari,” terangnya.

K.H. Hasyim Asy’ari, dalam pandangannya, adalah sosok organisatoris yang inspiratif. Ia mampu mengelola organisasi sekaligus ngopeni para santrinya. “Kalau kita mau meniru beliau dalam urusan nasionalisme, agama, dan kebudayaan. Makanya, seperti yang selalu ditekankan beliau, mengaji itu perlu dan sangat penting kedudukannya dalam usaha pengembangan diri tanpa harus menjadi orang lain. Tanpa harus kehilangan identitas kebangsaannya. Tanpa harus membuat kita pedhot oyot (tercerabut dari akar),” pungkasnya.

Editor : Ribut Achwandi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network