Setelah itu, Misyja’ menemui Abu Musa dan menceritakan kejadian tersebut. Abu Musa al-Asy’ari pun berkata, “Aku bersumpah Demi Allah, Amirul Mukminin tidak menyuruhmu (Nashr) keluar dari suatu kebaikan. Sekarang pergilah dari sini.”
Akhirnya dengan perasaan malu, Nashr memutuskan meninggalkan rumah keluarga tersebut. Dia hidup sendirian di sebuah gubuk kecil dan terpencil. Namun perasaan cintanya pada istri Misyja’ tak mampu dihapus. Dia pun menderita karenanya, hidup merana karena cinta. Cinta kepada seseorang yang tidak bisa dimiliki karena sang perempuan sudah memiliki pasangan.
Nashr pun akhirnya pergi lagi ke Persia, yang saat itu dipimpin oleh Utsman bin Abu Ash-Tsaqafi. Saat di Persia dia bertemu dengan seorang perempuan bangsawan, lalu perempuan itu menyukainya dan mengirimkan utusan untuk menemuinya.
Ketika berita itu sampai di Utsman bin Ash, Utsman pun menyuruh utusan untuk menemui Nashr dan berkata, “Amirul Mukminin dan Abu Musa tidak menyuruhmu keluar dengan meninggalkan kebaikan. Sekarang pergilah dari sini.” Ternyata di Persia, Nashr pun masih digandrungi banyak wanita.
Nashr pun berkata, “Demi Allah, seandainya kalian melakukan hal ini. Aku akan bergabung dengan umat yang musyrik.” Utsman lalu menulis surat kepada Abu Musa, lalu Abu Musa menulis surat kepada Umar, dan Umar menulis balasan surat yang isinya, “Acak-acaklah rambutnya, buatlah pakaiannya compang-camping dan paksa dia tinggal di masjid.”
Editor : Hadi Widodo