get app
inews
Aa Read Next : Sebuah Makna tentang Cinta Sejati

Kelak Kamu akan Bersama Orang yang Kamu Cintai

Jum'at, 12 Agustus 2022 | 07:39 WIB
header img
Ilustrasi (Foto: Okezone)

Al-Quran menyebut cinta, hubb dan derivasinya 83 kali, sedangkan lawan katanya, benci, bugd-bagda’ 5 kali. Kata yang berdekatan dengan bugd ialah sukht, disebut 4 kali; lawan katanya rida terulang 73 kali. Hubb dan mahabbah seakar dengan habb yang artinya biji atau inti.

Hubb disebut habbat al-qalb, biji atau inti hati, karena keserupaan aktivitasnya. Jika dikatakan, Aku mencintai Fulan, berarti aku menemukan inti hatinya, sama dengan aku jadikan hatiku sebagai sasaran dan tujuan cintanya.

Syahdan, Cinta adalah kehidupan. Jika seseorang tidak mendapatkannya, hidupnya sudah dipastikan penuh dengan kegelisahan. Sekurang-kurangnya, penulis membagi cinta manusia kedalam tiga bentuk macam. Pertama, cinta untuk kenikmatan, seperti cinta pria kepada wanita. Kedua, cinta untuk manfaat, seperti kecintaan terhadap sesuatu untuk memperoleh manfaatnya.

Ketiga, cinta untuk keutamaan, seperti kecintaan kepada orang tua juga cinta kepada ahli ilmu. Orang mencintai orang-orang berilmu. Makin banyak ilmu seseorang, makin disukailah ia. Manusia mencintai orang saleh, pertama, karena ilmunya. Ia memiliki ilmu lebih banyak daripada orang lain; mengenal Allah, kitab-Nya dan Rasul-Nya. Kedua, karena kemampuannya. Ia mampu memperbaiki diri dan orang lain. Ketiga, karena ia bersih dari cacat dan kejelekan. Cinta membangkitkan kepribadian dan memunculkan kekuatan-kekuatan yang ada di dalamnya.

Cinta kepada keduanya akan menimbulkan keutamaan dan menumbuhkan cinta kepada Rasul nya dan menuju ke puncak cinta yaitu mahabbah kepada Allah SWT.

Cinta Allah kepada manusia tidak terpisah dari cinta manusia kepada-Nya. Al-Quran surah Al-Maidah [5]: 54, sudah menegaskannya. Dalam tinjauan tasawuf, kecintaan kepada Allah adalah puncak perjalanan manusia, puncak tujuan seluruh maqam. Setelah mahabbah (cinta), tak ada lagi maqam lain kecuali buah mahabbah itu, seperti syauq (kerinduan), uns (kemesraan), rida, dan tidak ada maqam sebelum mahabbah kecuali pengantar-pengantar kepadanya, seperti taubat, sabar, zuhud, dan lainnya.

Guru-guru sufi mengajarkan pada murid-murid mereka bahwa kewajiban mereka adalah memenuhi kehendak Allah, bukan karena sebuah rasa-kewajiban, tetapi lebih karena cinta, sebab adakah sesuatu yang lebih besar daripada cinta yang tak bersyarat yang manusia persembahkan kepada Tuhannya? Seorang pecinta Tuhan tahu bahwa kesusahan adalah ‘tangan’ Tuhan Yang Tercinta, yang dia rasakan, dia percayai; bahwa apa pun yang menimpanya untuk kebaikannya semata, karena Tuhan mengetahui apa yang baik bagi pertumbuhan jiwa dan penyucian roh.

Meski demikian, kecintaan Allah kepada hamba-Nya berarti Allah memberinya kenikmatan dan pahala. Siapa saja yang dicintai Allah, maka Dia akan memberikan rezeki, kecintaan dan kedudukan di hadirat-Nya. Adapun cinta hamba kepada Allah berarti ia mencari dan meminta ridha-Nya. Jika Allah tidak mencintai hamba-Nya, berarti Ia menahan kenikmatan dan pahala yang dijanjikan kepada hamba yang dicintai-Nya.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT berfirman, “Barang siapa memusuhi salah seorang wali-Ku, maka sungguh Aku telah memaklumkan kepadanya peperangan. Dan tidak akan dapat hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku selain dengan apa yang telah Aku fardhukan atas dirinya. Demikian pula hamba-Ku akan senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan melakukan sunat-sunat sehingga Aku mencintainya. Maka apabila aku telah mencintainya, Akulah yang menjadi telinganya yang ia mendengar dengannya, Aku menjadi tangannya yang dengannya ia memukul, dan Akulah yang menjadi kakinya yang dengannya ia berjalan. Seterusnya, kalau ia memohon kepada-Ku, niscaya aku memberinya, dan bila ia berlindung kepada-Ku, niscaya Aku melindunginya.” (HR. al-Bukhari).

Nabi SAW bersabda, “Apabila Allah SWT telah mencintai seorang hamba, maka malaikat Jibril akan berseru, bahwa sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka aku pun mencintainya, sehingga Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril berseru kepada paa penghuni langit, “Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia, sehingga ia dicintai oleh para penghuni langit. Kemudian diletakkan untuknya kemakmuran di bumi.”  (HR al-Bukhari).

Hadis-hadis di atas sejalan dengan firman Allah dalam Al-Quran: Ingatlah Aku, maka Aku akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku (QS.Al-Baqarah [2]:152).

Alkisah, suatu waktu Sahabat Anas dan Rasulullah SAW keluar dari masjid. Tiba-tiba mereka berjumpa dengan seseorang dan bertanya, “Wahai Rasulullah, kapankah kiamat?” Rasulullah SAW menjawab dengan balik bertanya, “Apakah kamu sudah menyiapkan bekal menghadapi hari kiamat?” Ia menjawab, “Aku belum mempersiapkannya dengan melakukan banyak shalat, juga berderma dan tidak juga dengan banyak puasa. Akan tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Maka beliau menjawab, “Kelak kamu akan bersama orang yang kamu cintai.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Editor : Hadi Widodo

Follow Berita iNews Pantura di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut