get app
inews
Aa Text
Read Next : Pemulihan Ekonomi Lemah, China Optimis Capai Pertumbuhan Lima Persen di 2023

Dihantam Badai Krisis Ekonomi, Bisnis Properti di China Terancam Mati!

Kamis, 06 Oktober 2022 | 06:18 WIB
header img
Dihantam Badai Krisis Ekonomi, Bisnis Properti di China Terancam Mati! (Foto: Okezone

JAKARTA, iNewsPantura.id - Krisis dunia terutama ekonomi dan keuangan dialami negara China yang nyatanya berdampak besar bagi pasar properti di negara tirai bambu tersebut. Apalagi, sektor properti penyumbang seperempat dari total PDB negara tersebut.

Finansial Times, kantor berita asal Inggris sempat melaporkan bahwa salah satu investor di sektor properti ada yang menjadi korban dari kondisi krisis keuangan yang ada di China yang berdampak pada sektor properti.

Melansir laman tersebut, Rabu (5/10/2022) diceraitakan, Lucy Wang yang saat itu menjadi salah satu pembeli unit apartemen di kota Utara Zhengzhou sudah memberikan uang muka sebesar USD34.839.

Wanita yang selanjutnya dipanggil Wang itu mengatakan pada awalnya proses pembangunan berjalan tidak ada masalah. Hingga akhirnya progres tersebut terhenti karena satu dan lain hal. Otoritas perumahan setempat mengabarkan bahwa uang yang telah disetorkan Wang selama itu sudah disalahgunakan oleh pengembang.

Pada bulan Juli, harapan Wang mati. Biro perumahan setempat memberi tahu dia dan pembeli lain bahwa uang mereka telah disalahgunakan. "Saya telah kehilangan kepercayaan pada pengembang. Ini telah menghancurkan hidupku," ucapnya.

Sekedar informasi, mekanisme pembelian properti di China dimulai dari menyerahkan uang muka biasanya 30 persen dari nilai apartemen. Selanjutnya akan mulai membayar angsuran hipotek bulanan agar pengembang bisa mulai membangun apartemen. Jika semuanya berhasil, pembeli akan menerima unit apartemen baru pada tanggal tertentu.

Logan Wright, mitra konsultan Rhodium Group yang berbasis di Hong Kong, menyebut situasi ini menunjukkan krisis keuangan gerak lambat dan pelan-pelan sektor properti akan hancur.

Krisis properti China mulai terlihat jelas dari adanya kasusnya tersebut. Penjualan apartemen merosot, disamping utang pengembangan yang menumpuk. Hal tersebut memantik krisis keuangan yang ada di tingkat daerah.

Selanjutnya lembaga pembiayaan Pemerintah Daerah (LGFV) juga kehabisan dana bahkan berada diambang default. Kondisi yang belum pernah dialami sebelumnya karena pemerintah daerah sejak lama bergantung pada penjualan tanah ke pengembang properti untuk menyeimbangkan pembukuan mereka.

Situasi yang dialami Wang ini menjadi gambaran bagaimana kondisi Kondisi ekonomi dan pasar properti yang ada di China yang sedang goyang akibat ulah pengembangan yang demikian.

Kondisi sulit yang menimpa Wang dan pembeli hunian lainnya di China membuktikan apa yang menjadi biang kerok pasar properti di China. Konsumen membeli "properti pra-penjualan", jenis investasi yang bekerja dengan memuaskan ketika penjualan apartemen meningkat dan harga real estat hampir terus meningkat.

 

 

Editor : Hadi Widodo

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut