Semarak Peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang: Ribuan Warga Larut dalam Suasana Heroik

Semarang, iNewsPantura.id – Kawasan Bundaran Tugu Muda Semarang mendadak hening. Semua lampu dipadamkan, hanya suara sirine meraung menembus malam. Ribuan warga yang memadati lokasi tampak menunduk haru, mengenang detik-detik heroik Pertempuran Lima Hari di Semarang tahun 1945.
Peringatan tahun 2025 ini berlangsung khidmat dan penuh makna, menghadirkan suasana patriotisme yang kuat di tengah masyarakat. Acara diawali dengan pembacaan cukilan sejarah perjuangan pemuda oleh budayawan Sukirno, dilanjutkan dengan upacara yang dipimpin langsung Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, sebagai inspektur.
Dalam sambutannya, Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng mengajak generasi muda untuk menjadikan peringatan ini bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi refleksi atas beratnya perjuangan merebut dan mengisi kemerdekaan.
“Pertempuran Lima Hari di Semarang ini akan menjadi ritual tahunan untuk mengingat betapa beratnya proses memaknai dan mengisi kemerdekaan. Kita sebagai generasi penerus harus lebih serius membangun Kota Semarang,” ujarnya.
Agustina juga menekankan pentingnya pelibatan anak muda dalam setiap kegiatan sejarah agar mereka memahami makna pengorbanan para pejuang. “Anak-anak muda harus mengerti dan menghayati pertempuran ini. Setiap tahun akan kita buat lebih besar agar semakin banyak yang belajar sejarah,” tambahnya.
Tahun ini, peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang dikemas lebih atraktif dan kolaboratif atas arahan langsung Wali Kota. Kepala Dinas Sosial Kota Semarang, Heroe Soekendar, menyebut kegiatan ini melibatkan lebih dari 1.900 peserta dari unsur TNI, Polri, pelajar, Pramuka, dan komunitas seni.
“Kami ingin semangat heroik itu tidak hanya dikenang, tapi juga dirasakan dan dinikmati masyarakat luas,” ungkap Heroe.
Peringatan bersejarah ini menjadi momentum untuk kembali menyalakan semangat perjuangan di tengah generasi muda, bahwa Semarang bukan hanya saksi sejarah, tetapi juga penjaga semangat kemerdekaan.
Editor : Suryo Sukarno