PEKALONGAN, iNews - Euforia Syawalan kali ini tak dapat dibendung. Setelah dua kali lebaran, tradisi Syawalan di Krapyak terhalang pandemi. Namun hari ini (Senin, 9/5/2022) euforia itu muncrat begitu saja. Ribuan orang berbondong-bondong mendatangi kampung Krapyak yang menjadi tempat perayaan tradisi Syawalan Lopis Raksasa. Meski harus berdesak-desakan hingga membuat baju mereka basah kuyup oleh keringat, rupanya tak mereka hiraukan. Bahkan, di bawah matahari yang terik dan debu-debu yang beterbangan, tak mampu menghentikan langkah mereka untuk sampai di depan panggung kehormatan.
Beberapa pengunjung mengaku sengaja datang lebih awal karena tak ingin melewatkan momen pemotongan Lopis Raksasa. Alasan lainnya, karena mereka ingin mendapatkan bagian potongan lopis raksasa itu. Seperti yang dilakukan Adit (30) warga Kabupaten Pekalongan. Ia mengaku berangkat lebih awal agar mendapatkan tempat di depan panggung persis.
Menurut Adit, mendapatkan potongan lopis raksasa merupakan sebuah keberuntungan yang tidak dapat dinilai dengan apapun. "Ya ibarat kata dapat potongan lopis itu suatu berkah. Nggak semua orang loh bisa dapat," tuturnya.
Lain halnya dengan Khamidah (26) yang datang berombongan dengan teman-temannya. Ia mengaku, ini kali pertamanya menghadiri tradisi Syawalan. Sebelumnya, ia tak terlalu tertarik untuk mengikuti tradisi Syawalan. "Nggak suka keramaian. Apalagi juga panas," ujarnya singkat.
Namun ketika ditanya alasan ia datang kali ini, Khamidah mengungkapkan, karena ia penasaran dengan lokasi penyelenggaraan Syawalan. "Di medsos kan sempet viral. Jadi ya penasaran saja," kata Khamidah sambil mengangkat kedua tangannya.
Memang, dalam pelaksanaannya kali ini, tradisi Syawalan menampilkan sesuatu yang baru. Terutama lokasi pelaksanaan Syawalan. Berpusat di plataran Kampung Batik Krapyak yang telah disediakan secara khusus oleh panitia dan Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan, membuat pelaksanaan Syawalan semakin diminati warga dari berbagai daerah. Apalagi tatanan lokasi pelaksanaan Syawalan Lopis Raksasa ini dirancang sedemikian rupa, sehingga tampak lebih segar dan mencuri perhatian pengunjung.
Keseruan lain dalam Perayaan Tradisi Syawalan kali ini, pengunjung disuguhi dua lopis raksasa. Yang pertama, di Kelurahan Krapyak Gang 1 dengan berat 2.300 kg, tinggi 160 cm dan diameter 320 cm. Sementara yang kedua, di Kelurahan Krapyak Gang 8 lopis berukuran jumbo dengan berat 1.820 kg, tinggi 222 cm dan diameter 250 cm. Hal itu membuat warga yang berkunjung dapat dengan leluasa memilih lopis yang diinginkan.
Di antara ribuan warga pengunjung, Walikota Pekalongan, Ahmad Afzan Arslan Djunaid turut hadir dan membuka tradisi Syawalan. Di atas panggung, sebelum memotong lopis raksasa, Walikota Aaf menyampaikan rasa terima kasihnya kepada pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Menurutnya, festival lopis raksasa ini perlu dijaga dan dipelihara bersama sebagai tradisi dan budaya turun-temurun yang dimaksudkan untuk mempererat tali silahturahmi antar warga Krapyak dan dengan masyarakat daerah sekitarnya. Hal ini diidentikkan dengan sifat Lopis yang lengket.
“Alhamdulillah pada hari ini ada tradisi Syawalan berupa Festival Lopis Raksasa di Kelurahan Krapyak yang berjalan lancar. Mudah-mudahan kita semua bisa memelihara tradisi asli dari Kota Pekalongan, salah satunya lopisan ini,” ucap Aaf.
Aaf bersyukur, tempat pelaksanaan tradisi Syawalan kali ini lebih representatif dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tak lain karena adanya pembangunan fisik penataan kawasan kumuh dari Program KOTAKU di wilayah Kelurahan Krapyak. Pihaknya berharap, ke depan, jika pandemi Covid-19 benar-benar telah usai, Perayaan Tradisi Syawalan Lopisan di Kota Pekalongan ini bisa lebih meriah lagi.
Editor : Ribut Achwandi