• Bahan kimia anorganik (HS 28) dengan nilai ekspor USD82,42 juta, meningkat 78.40%
• Biji dan buah mengandung minyak (HS 12) dengan nilai ekspor USD64,53 juta, meningkat 67.27%
• Logam tidak mulia lainnya (HS 81) dengan nilai ekspor USD61,55 juta, meningkat 154712.36%
• Sabun, bahan aktif permukaan organik, preparat pembersih (HS 34) dengan nilai ekspor USD37,78 juta, meningkat 59.43%
• Serat stapel buatan (HS 55) dengan nilai ekspor USD27,66 juta, meningkat 69.31%
• Aluminium dan turunannya (HS 76) dengan nilai ekspor USD 22,41 juta, meningkat 69.66%
• Produk keramik (HS 69) dengan nilai ekspor USD 13,52 juta, meningkat 71.97%
• Bulu dan bulu halus unggas olahan; bunga tiruan; barang dari rambut manusia (HS 67) dengan nilai ekspor USD 3,94 juta, meningkat 165.95%
• Serat tekstil nabati lainnya (HS 53) dengan nilai ekspor USD 2,38 juta, meningkat 70.09% Total nilai impor Indonesia dari China periode ini mencapai USD 16,47 miliar. Mengalami peningkatan sebesar 30% dibandingkan tahun sebelumnya dalam periode yang sama, yang mencapai USD 12,67 miliar.
Pada periode ini, Indonesia tercatat mengalami trade defisit dari China sebesar USD190,79 juta. Namun demikian, nilai trade defisit ini terus mengalami penurunan.
"Pada Triwulan I 2022, penurunan nilai defisit mencapai 47.99% dibandingkan dengan nilai trade defisit yang dialami Indonesia pada tahun 2021 dalam periode yang sama, sebesar USD366,81 juta," paparnya.
Sementara itu, sesuai rilis Kementerian Investasi/BKPM RI tanggal 27 April 2022, investasi China di Indonesia pada tiga bulan pertama tahun 2022 di Indonesia tercatat sebesar USD 1,4 miliar, meningkat 40% yoy.
Pada Triwulan I 2021, realisasi investasi China mencapai sebesar USD 1,0 miliar. Dengan angka tersebut, China menjadi negara investor ke-3 terbesar di Indonesia setelah Singapura dan Hong Kong.
Editor : Hadi Widodo