JAKARTA - Peristiwa menggemparkan dunia terjadi setelah anak kelima Gubernur New York era 1959-1973 Nelson Aldrich Rockefeller, Michael Clark Rockefeller, hilang misterius tanap ejejak sedikitpun dalam misi penelitian suku Asmat di pedalaman Papua. Pencarian besar-besaran telah dilakukan, namun hingga detik ini jasadnya tak pernah ditemukan.
Peristiwa yang mengguncang dunia itu bermula pada 17 November 1961 saat Michael Clark bersama antropolog Belanda, Rene Wassing, berada di sampan mengarungi pantai Papua. Tujuan mereka, mempelajari suku Asmat yang sebelumnya diungkap sineas Prancis Pierre Dominique Gaieseau dalam film berjudul Sky Above and Mud Beneath.
Clark bukan remaja sembarangan. Ayahnya, politikus Partai Republik, terpilih sebagai Gubernur New York pada 1959. Setelahnya sang ayah menjadi wakil presiden Amerika Serikat mendampingi Gerald Ford (1974-1977).
Clark generasi keempat dari keluarga Rockefeller yang terpandang. Kakek buyutnya, John D Rockefeller, merupakan taipan minyak yang juga salah satu pendiri Standard Oil. John termasuk salah satu orang terkaya dunia kala itu.
Lahir pada 18 Mei 1983, Clark Rockefeller bersekolah di The Buckley School, New York, kemudian Akademi Phillips Exeter di New Hampshire. Pendidikan tinggi dijalani di kampus terpandang, Unversitas Harvard, dan lulus dengan predikat cumlaude. Saat kuliah itulah dia tergabung dalam ekspedisi Museum Arkeologi dan Etnologi Peabody Harvard untuk mempelajari antropologi Suku Dani di Lembah Baliem, Papua.
Jiwa petualangan menyeruak pada dirinya. "Dia berusia 23 tahun, putra istimewa Gubernur New York Nelson Rockefeller, tujuh bulan dalam petualangan seumur hidup yang telah mengubahnya dari siswa yang rapi menjadi fotografer dan kolektor seni berewok," kata Carl Hoffman dalam artikel berjudul What Really Happened to Michael Rockefeller yang diterbitkan Smithsonian, dikutip Minggu (12/6/2022).
Carl Hoffman secara khusus datang ke pedalaman Papua untuk menelisik jejak perjalanan Clark dan hilangnya secara misterius.
Berbagai bukti dikumpulkan, termasuk wawancara dengan penduduk di sekitar lokasi kejadian. Pada 2014 dia meluncurkan buku Savage Harvest: A Tale of Cannibals, Colonialism, and Michael Rockefeller's Tragic Quest for Primitive Art yang membahas detail peristiwa ini.
Editor : Hadi Widodo