Berita jatuhnya benteng Duurstede membingungkan pihak Belanda. Gubernur Van Middelkoop dan komisaris Engelhard memutuskan militer yang besar ke Saparua di bawah pimpinan mayor Beetje.
Mengetahui hal tersebut, Kapten Pattimura mengatur taktik. Pasukan rakyat sekitar seribu orang diatur dalam pertahanan sepanjang pesisir. Pattimura bersama pasukannya berhasil mengalahkan Beetjes dan tentaranya.
Tanggal 20 Mei 1817, diadakan rapat raksasa di Haria untuk mengadakan pernyataan kebulatan tekad untuk perjuangan melawan Belanda. Peringatan kebulatan tekad ini dikenal dengan nama Proklamasi Portho Haria dengan berisi 14 pasal pernyataan dan ditandatangani oleh 21 Raja Patih. Proklamasi ini membangkitkan semangat juang masyarakat yang ikut bertempur.
Tanggal 4 Juli 1917, armada kuat yang dipimpin oleh Overste de Groot menuju Saparua dengan tugas vandalisme. Seluruh negeri di tanah Hatawano dihanguskan. Belanda melancarkan politik pengkhianatan terhadap Pattimura dan rekanannya.
Tanggal 11 November 1817, Letnan Pietersen di dampingi dengan beberapa orang pengkhianat berhasil menyergap Pattimura dan Philips Latumahina. Tokoh pejuang akhirnya ditangkap dan diakhiri pengabdiannya di tiang gantungan di tanggal 16 Desember 1817 di Kota Ambon. Sebagai jasa dan pengorbanannya, Kapten Pattimura diangkat sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan dan pemerintah Republik Indonesia
Editor : Hadi Widodo
Artikel Terkait