Kisah Perjuangan Kapten Pattimura dan Rakyat Maluku dalam Mengusir VOC

Hadi Widodo
Kisah Perjuangan Kapten Pattimura dan Rakyat Maluku dalam Mengusir VOC (Foto: Okezone)

DIRANGKUM dari berbagai sumber, Jumat (8/7/2022) saat masuk abad ke-17 dan 18, terjadi perlawanan bersenjata melawan Belanda (VOC). Perlawanan ini terjadi karena praktik penindasan kolonialisme Belanda dalam bentuk monopoli perdagangan, pelayaran hongi, kerja paksa, dan sebagainya. Dampak dari penindasan ini dirasakan oleh semua kalangan masyarakat.

Thomas Matulessy atau biasa dikenal sebagai Kapten Pattimura merupakan pahlawan nasional Indonesia yang berasal dari Maluku. Sebelum Pattimura melakukan perlawanan terhadap VOC ia pernah beranjak karir dalam militer sebagai mantan sersan Militer Inggris. Kemudian, namanya terkenal karena memimpin perlawanan rakyat Maluku melawan Belanda melalui perang Pattimura.

Rakyat Maluku mengalami perpecahan dan kemiskinan selama dua ratus tahun. Rakyat Maluku juga memproduksi pala dan cengkeh untuk pasar dunia. Namun masyarakat tidak memiliki keuntungan dari produksi tersebut.

Fase kedua pendudukan Inggris di Maluku pada 1810 - 1817 dan berakhir pada tanggal 25 Maret 1817 setelah Belanda menguasai Maluku. Rakyat Maluku tentu menolak kedatangan Belanda dengan membuat “Proklamasi Haria” dan “Keberatan Hatawano”. Proklamasi Haria ini disusun oleh Pattimura.

Pemerintah Belanda mulai memaksanakan kekuasaannya lewat Gubemur Van Middelkoop clan Residen Saparua Johannes Rudolf van der Berg. Setelah itu pecahlah perlawanan bersenjata dengan rakyat Maluku. Akhirnya diadakan musyawarah dimana di forum tersebut menyetujui mengangkat Pattimura sebagai kapten besar. Tepat di tanggal 7 Mei 1817 dalam rapat umum di Baileu negeri Haria, Thomas Matulessy atau Pattimura dikukuhkan dalam upacara adat sebagai “Kapitan Besar”.

Setelah menjadi kapten, Pattimura memilih beberapa orang yang membantunya, seperti Anthoni Rhebok, Philips Latimahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy, Melchior Kesaulya dan Sarassa Sanaki, Martha Christina Tiahahu, dan Paulus Tiahahu. Pattimura bersama Philips Latumahina dan Lucas Selano melakukan penyerbuan ke benteng Duurstede.

Berita jatuhnya benteng Duurstede membingungkan pihak Belanda. Gubernur Van Middelkoop dan komisaris Engelhard memutuskan militer yang besar ke Saparua di bawah pimpinan mayor Beetje.

Mengetahui hal tersebut, Kapten Pattimura mengatur taktik. Pasukan rakyat sekitar seribu orang diatur dalam pertahanan sepanjang pesisir. Pattimura bersama pasukannya berhasil mengalahkan Beetjes dan tentaranya.

Tanggal 20 Mei 1817, diadakan rapat raksasa di Haria untuk mengadakan pernyataan kebulatan tekad untuk perjuangan melawan Belanda. Peringatan kebulatan tekad ini dikenal dengan nama Proklamasi Portho Haria dengan berisi 14 pasal pernyataan dan ditandatangani oleh 21 Raja Patih. Proklamasi ini membangkitkan semangat juang masyarakat yang ikut bertempur.

Tanggal 4 Juli 1917, armada kuat yang dipimpin oleh Overste de Groot menuju Saparua dengan tugas vandalisme. Seluruh negeri di tanah Hatawano dihanguskan. Belanda melancarkan politik pengkhianatan terhadap Pattimura dan rekanannya.

Tanggal 11 November 1817, Letnan Pietersen di dampingi dengan beberapa orang pengkhianat berhasil menyergap Pattimura dan Philips Latumahina. Tokoh pejuang akhirnya ditangkap dan diakhiri pengabdiannya di tiang gantungan di tanggal 16 Desember 1817 di Kota Ambon. Sebagai jasa dan pengorbanannya, Kapten Pattimura diangkat sebagai pahlawan perjuangan kemerdekaan dan pemerintah Republik Indonesia

Editor : Hadi Widodo

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network