Cerita Rakyat Pemalang Jawa Tengah, Asal Usul Pantai Widuri dari Kisah Cinta Nyai Pedaringan

Khila Rahma Wardani
Cerita Rakyat pemalang Jawa Tengah asal usul Pantai Widuri. (Foto:ist)

Lalu ia berpikir untuk mengobati lukanya terlebih dahulu disana. "Apakah saya boleh mengobati luka saya di sini?" tanya sang pangeran yang kemudian dipersilakan Nyai Pedaringan.

Kelanjutan cerita rakyat Jawa Tengah, asal usul Pantai Widuri, Nyai Pedaringan mengambil obat-obatan yang dibutuhkan dan membantu mengobati Pangeran Purbaya. Setelah selesai, Pangeran Purbaya mengucapkan terima kasih dan meninggalkan sebuah keris pusaka yang bernama Simonglang agar dijaga dan dirawat Nyai Pedaringan. 

"Terima kasih atas bantuanmu, saya tinggalkan keris pusaka ini untuk dijaga dan dirawat. Saya berharap keris pusaka ini bisa menjadi pusaka daerah ini dan hanya boleh dimiliki oleh keturunan Pedaringan,” kata Pangeran Purbaya.

Nyai Pedaringan menerima keris pusaka itu dengan senang hati, ia berjanji akan menjaga dan merawat keris Simonglang itu. "Tidak ada seorang pun yang berhak mengambil keris ini, kecuali saya Pangeran Purbaya,” ucapnya sebelum melanjutkan perjalanannya ke selatan menuju Kerajaan Mataram.

Saat berada di perjalanan, Pangeran Purbaya melewati sebuah sungai kecil yang melintang jika dalam bahasa Jawa berarti malang. Ia melihat sungai itu dari arah timur ke barat lokasinya sangat dekat dengan lautan. Kemudian ia memiliki ide untuk menamai daerah tersebut sebagai Pemalang.

Sementara itu, langit menandakan akan gelap. Tak lama, Ki Pedaringan sampai di gubuknya. Ia datang dengan perasaan kesal karena Nyai Pedaringan tidak membawakan bekal makan siang. Ditambah Ki Pedaringan melihat sebuah keris pusaka di meja yang belum ia lihat sebelumnya. 

Ki Pedaringan mulai curiga dengan keris pusaka yang biasanya dimiliki oleh seorang lelaki. Ki Pedaringan pun bertanya kepada Nyai Pedaringan "Keris apakah itu? Darimana kau mendapatkannya?,” katanya. 

Nyai Pedaringan menjelaskan asal keris pusaka itu. "Tadi ada seorang pangeran dari Kerajaan Mataram yang datang dengan luka di lengannya. Ia meminta obat untuk menyembuhkan lukanya. Setelah selesai, aku diberi keris pusaka ini untuk dijaga dan dirawat sebagai tanda terima kasih," kata Nyai Pedaringan yang sepertinya tidak dipercayai Ki Pedaringan. 

"Aku tidak percaya!,” kata Ki Pedaringan dengan amarah memuncak. Ia tidak percaya dengan penjelasan istrinya. Lalu keduanya bertengkar hebat, sampai Nyi Pedaringan mengambil keris pusaka itu dan memotong jari-jarinya yang lentik untuk membuktikan bahwa perkataan yang ia jelaskan adalah benar. "Akan aku buktikan dengan ini. Jika darah yang keluar berwarna ungu maka cintaku masih suci. Namun jika darah yang keluar adalah merah berarti aku berbohong,” kata Nyi Pedaringan.

Editor : KastolaniMarzuki

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network