Rupanya cinta Nyi Pedaringan masih suci, artinya ia tidak berselingkuh dengan lelaki lain dan perkataan yang ia jelaskan adalah benar. Yang menjadi awal mula cerita rakyat, asal usul Pantai Widuri, yakni darah segar keluar dari jari-jari lentik Nyi Pedaringan lalu menetes ke bunga yang berada di dekat meja, bunga itu bernama Bunga Widuri. Bunga yang berwarna putih berubah menjadi ungu karena darah Nyi Pedaringan.
Melihat kenyataan itu Ki Pedaringan menyesal tidak mempercayai perkataan istrinya yang sangat ia cintai. "Aku meminta maaf karena sempat tak mempercayaimu" ucap Ki Pedaringan meminta maaf kepada Nyi Pedaringan. Untuk menebus kesalahpahaman itu, Ki Pedaringan langsung berlari keluar dari gubuk untuk menyusul Pangeran Purbaya.
Ironisnya setelah itu, Ki Pedaringan tak pernah kembali ke gubuknya. Nyai Pedaringan mendapat julukan oleh warga sekitar Nyi Widuri yang hidup seorang diri di gubuk. Setiap hari Nyi Widuri selalu menanti kepulangan sang suami namun Ki Pedaringan tak pernah kembali lagi.
Diduga Ki Pedaringan diserang pasukan Salingsingan di tengah perjalanannya yang menyebabkan ia tewas dan tak pernah kembali. Bahkan sampai akhir hayat Nyi Pedaringan masih tetap hidup seorang diri.
Dari peristiwa itu kini nama Widuri dijadikan sebagai nama desa yang ditinggali oleh Nyai Pedaringan atau Nyai Widuri. Sama halnya dengan pantai yang tak jauh dari Desa Widuri yang dinamakan Pantai Widuri.
Begitulah asal usul Pantai Widuri ada. Dari cerita rakyat Jawa Tengah, asal usul Pantai Widuri dapat ditarik sebuah pelajaran, yakni tetaplah berkata jujur apa adanya meski tak ada yang percaya daripada berbohong dan menimbulkan dampak yang besar di kemudian hari.
Editor : KastolaniMarzuki
Artikel Terkait