JAKARTA, iNewsPantura.id – Masyarakat Indonesia harus makin waspada mengadapi cauca yang masih tidak menentu menjelang masa pancaroba. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) minta agar waspada dengan potensi hujan es dan puting beliung di Bulan Maret.
BMKG menyebut Indonesia memasuki pancaroba atau peralihan musim hujan ke musim kemarau pada Maret, April, Mei 2023 mendatang. BMKG mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi hujan es hingga angin puting beliung saat memasuki musim pancaroba. “Kita lihat potensi cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi pada saat pancaroba. Kita lihat, jika pada saat pancaroba pertama dari musim hujan ke musim kemarau nanti, Maret, April, Mei itu terjadi puting beliung, hujan es, kemudian bisa disertai petir,” ucap Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, Senin (20/2/2023).
Guswanto menjelaskan pancaroba merupakan peralihan antara dua musim yakni musim kemarau ke musim hujan atau musim hujan ke musim kemarau. Sehingga hal serupa juga berpotensi terjadi menjelang akhir tahun nanti. “Dan kemudian kalau kita lihat juga, pada musim pancaroba yang dari kering dari kemarau menuju musim hujan, biasanya kita lihat di September, Oktober, dan November juga terjadi puting beliung. Kemudian ada hujan disertai petir dan hujan es,” kata Guswanto.
Lebih lanjut, Guswanto menjelaskan penyebab potensi cuaca ekstrem yang terjadi pada saat musim pancaroba. Dia mengatakan hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adanya kondisi atmosfer yang tidak stabil. “Secara umum penyebab kondisi cuaca ekstrem pancaroba di berbagai wilayah Indonesia, yang pertama karena kondisi dinamika atmosfer di mana ketidakstabilan udara menjadi salah satu pemicu cuaca signifikan atau menjadi ekstrem. Seperti adanya belokan dan perlambatan angin, kemudian seperti adanya tekanan rendah, siklon. Kemudian termasuk beberapa faktor yang lain seperti Madden Julian Oscillation (MJO),” tuturnya.
Selain itu, di wilayah iklim tropis seperti Indonesia perubahan cuaca juga tergantung pada posisi matahari. Mengingat wilayah tropis memiliki gerak semu matahari sehingga membuat Indonesia punya dua musim. “Kemudian kita kita lihat kondisi atmosfer yang tidak stabil tadi itu disebabkan karena kita lihat cepat singkatnya perubahan cuaca ini juga tergantung dari posisi matahari,” ujarnya.
Editor : Muhammad Burhan
Artikel Terkait