Data BPS Jawa Timur, berdasarkan subround menunjukkan, terjadi penurunan produksi padi secara berturut-turut pada subround Mei-Agustus 2021 dan September-Desember 2021. Yaitu masing-masing sebesar 0,40 juta ton GKG (10,82 persen) dan 0,22 juta ton GKG (10,44 persen) dibandingkan periode yang sama pada 2020.
Penurunan produksi padi tersebut disumbang oleh penurunan luas panen yang terjadi pada subround Mei-Agustus yang sebesar 80.660 hektar (11,65 persen) dan subround September-Desember yang sebesar 24.640 hektar (7,29 persen).
"Di sisi lain, peningkatan produksi padi hanya terjadi pada subround Januari-April 2021. Yaitu sekitar 0,46 juta ton GKG (10,91 persen) dibandingkan periode yang sama pada 2020," Jelas Koordinator Fungsi Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Adenan dalam rilisnya, Rabu (2/3/2022).
Produksi padi di Jawa Timur (Jatim) sepanjang Januari hingga Desember 2021 mencapai sekitar 9,789 juta ton gabah kering giling (GKG), atau turun 154.950 ton GKG (1,56 persen) dibanding 2020 yang sebesar 9,944 juta ton GKG.
Produksi padi tertinggi pada 2021 terjadi pada bulan Maret, yaitu sebesar 2,19 juta ton GKG. Sementara produksi terendah terjadi pada bulan Januari, yaitu sebesar 0,30 juta ton GKG.
"Berbeda dengan kondisi pada 2021, produksi padi tertinggi pada 2020 terjadi pada bulan April," jelas Adenan.
Penurunan produksi padi yang cukup besar pada 2021 terjadi di beberapa wilayah potensi penghasil padi seperti Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, dan Kabupaten Ngawi. Di sisi lain, beberapa kabupaten/kota mengalami peningkatan produksi padi yang relatif besar, misalnya Kabupaten Blitar, Kota Probolinggo, dan Kota Batu.
Tiga kabupaten/kota dengan total produksi padi (GKG) tertinggi pada 2021 adalah Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro, dan Kabupaten Ngawi. "Sementara itu, tiga kabupaten/kota dengan produksi padi terendah ialah Kota Mojokerto, Kota Batu, dan Kota Blitar," imbuh Adenan.
Editor : Hadi Widodo
Artikel Terkait