Kasus TBC di Banjarnegara Naik, Diskes Luncurkan Program SIMPATIK

Nurdin Fauzi
Dinas Kesehatan Banjarnegara meluncurkan program TBC belum lama ini. nurdi fauzi/iNewsPantura.id

BANJARNEGARA, iNewsPantura.id - Kasus Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Banjarnegara masih jauh dari kata terkendali. Meski jumlah suspek TBC mencapai ribuan, angka temuan kasus justru masih rendah. Kondisi ini menjadi alarm serius bagi pemerintah daerah, terutama karena TBC merupakan penyakit menular yang bisa berkembang menjadi lebih berbahaya jika tidak segera ditangani secara tuntas.

Kepala Dinas Kesehatan Banjarnegara, Latifa Hesti P, menyebut bahwa hingga pertengahan 2025, jumlah suspect TBC yang ditemukan masih jauh di bawah target.

“Angka penemuan kasus TBC di Banjarnegara masih rendah. Berdasarkan data Januari hingga Mei 2025, baru 5.966 suspect TBC yang ditemukan dari target penemuan 13.543 kasus suspect,” ujarnya.

Dari angka tersebut, hanya 653 kasus yang berhasil terkonfirmasi sebagai TBC aktif. Sementara sepanjang 2024 lalu, dari total 10.767 suspect, hanya 1.676 kasus yang terdeteksi. Ini berarti masih banyak potensi penularan yang belum teridentifikasi.

“TBC bisa menyerang siapa saja dan menyebar secara diam-diam. Gejalanya bisa seperti batuk dua minggu lebih, demam sore, atau penurunan berat badan tanpa sebab. Tapi yang paling sulit dalam penanganannya adalah memastikan pasien minum obat secara rutin selama enam bulan tanpa putus,” jelas Latifa.

Tantangan inilah yang mendorong Dinas Kesehatan Banjarnegara meluncurkan program TBC SIMPATIK (Aksi Meningkatkan Penemuan Kasus TBC dengan Intervensi Kolaboratif), sebagai upaya baru yang tidak hanya berfokus pada pengobatan, tetapi juga pada edukasi, dukungan sosial, dan sinergi lintas sektor.

“Penanganan TBC tidak cukup dilakukan hanya dengan pendekatan medis. Melalui TBC SIMPATIK ini, kami ingin mengajak seluruh elemen dari tokoh agama, lembaga sosial, sekolah, hingga sektor swasta untuk turut terlibat. Masalah TBC sangat kompleks dan membutuhkan gotong royong,” tegasnya.

Langkah konkret program ini mencakup skrining aktif serta pelayanan langsung ke lokasi-lokasi berisiko tinggi seperti rumah tahanan, pondok pesantren, panti sosial, hingga tempat kerja padat penduduk.

Bupati Banjarnegara dr. Amalia Desiana mengingatkan bahwa ancaman TBC kerap tersembunyi dan bisa meluas tanpa disadari.

“TBC itu seperti fenomena gunung es. Kita hanya melihat sedikit di permukaan, tapi sebenarnya menyimpan sesuatu yang sangat besar di bawahnya. Karena itu, ini bukan hanya urusan Dinas Kesehatan, tapi harus jadi perhatian semua pihak,” kata Amalia.

Pemerintah daerah, lanjutnya, menaruh komitmen kuat terhadap upaya eliminasi TBC. Selain memperkuat sistem kesehatan, Pemkab juga mendorong kolaborasi kebijakan agar pendekatan penanggulangan tidak sebatas kuratif, tetapi juga preventif.

Dengan peluncuran TBC SIMPATIK, Banjarnegara berharap bisa memutus mata rantai penularan penyakit menular yang hingga kini masih menjadi salah satu pembunuh senyap di tengah masyarakat. Jika tidak ditemukan dan diobati secara tuntas, TBC bisa berkembang menjadi MDR-TB (TBC kebal obat) yang lebih sulit disembuhkan dan membutuhkan pengobatan lebih kompleks.

Editor : Eddie Prayitno

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network