KENDAL,iNewsPantura.id – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digalakkan pemerintah di Kabupaten Kendal menuai sorotan tajam. Media sosial dihebohkan dengan unggahan foto menu MBG yang dinilai sangat sederhana dan jauh dari ekspektasi "bergizi".
Dalam beberapa unggahan viral, tampak menu yang disajikan untuk siswa hanya berupa nasi dengan sepotong tempe, sayur dalam porsi minim, dan buah semangka tanpa adanya susu sebagai pendamping. Ada pula foto yang memperlihatkan menu mi goreng dengan sepotong kecil telur dadar, dua irisan wortel, susu kotak, dan empat butir kelengkeng.
Kondisi ini memantik keprihatinan dan keluhan dari banyak orang tua siswa. Mereka khawatir asupan gizi anaknya tidak terpenuhi. Bahkan, sejumlah orang tua mengeluhkan bahwa lauk yang diberikan seringkali dalam kondisi tidak segar.
“Saya selalu pesen ke anak, jangan dimakan kalau lauknya sudah basi. Lebih baik beli di kantin daripada sakit perut,” tulis seorang wali murid dalam komentar di media sosial, mencerminkan kekhawatiran yang luas di kalangan orang tua.
Yang ironis, beredar pula pengumuman dari sebuah sekolah yang meminta agar orang tua tidak mengunggah keluhan mengenai MBG ke media sosial. Pengumuman yang tersebar di grup WhatsApp itu berbunyi, “Pesen dari petugas MBG, apapun makanan yg kita terima jangan di-up di sosmed… cukup protes di group WA aja.”
Kebijakan ini memicu tanda tanya besar dari publik. Banyak yang menilai langkah ini justru berusaha menutupi masalah yang terjadi di lapangan, alih-alih menyelesaikannya secara transparan.
Merespon viralnya persoalan ini, Ketua Komisi D DPRD Kendal, Dedi Ashari Setyawan, mengaku prihatin. Ia menegaskan bahwa menu MBG yang viral itu tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
"Sudah ada juknis sebenarnya terkait protein dari MBG itu. Nah dari Badan Gizi Nasional (BGN) kan sudah ada standar. Harapannya pengelola harus patuhi standar itu. Kita akan kroscek langsung ke sekolah maupun dapur MBG,” tegas Dedi, Senin (25/8/2025).
Dedi memastikan bahwa DPRD akan turun langsung melakukan pemeriksaan mendadak (sidak) untuk memastikan mutu makanan yang didistribusikan benar-benar sesuai dengan aturan. “Supaya kejadian itu tidak terulang lagi, kita akan kroscek ke sekolah maupun dapur,” ujarnya.
Di sisi lain, respons dari eksekutif justru terkesan lamban. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kendal, Ferinando Rad Bonay, mengaku pihaknya belum dapat mengambil tindakan signifikan.
“Kami sementara ini hanya penerima saja. Belum bisa bertindak selama satgas MBG belum terbentuk,” kata Ferinando.
Ia mengungkapkan bahwa satgas pengawasan MBG masih dalam proses pembentukan. Selain itu, ia mengakui bahwa infrastruktur pendukung program ini masih sangat terbatas.
“Sekarang baru ada delapan sampai sembilan dapur. Seharusnya minimal ada 40 dapur agar semua sekolah bisa terlayani,” tandasnya.
Program MBG yang sejatinya diluncurkan dengan tujuan mulia untuk meningkatkan gizi anak sekolah kini justru berada di persimpangan. Dengan menu yang seadanya, keluhan kebersihan, dan lemahnya pengawasan, manfaat baik yang diharapkan dari program ini dikhawatirkan tidak akan pernah sampai kepada para siswa. Masyarakat kini menunggu tindakan tegas dan transparan dari pemerintah daerah untuk memperbaiki masalah ini.
Editor : Eddie Prayitno
Artikel Terkait