BANYUMAS, iNewsPantura.id - Pemerintah Kabupaten Banyumas menggelar sarasehan terkait upaya penanganan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), stunting, serta penguatan kelembagaan Posyandu pada Kamis (11/12/2025) di Ruang Joko Kahiman. Kegiatan tersebut dipimpin oleh Bupati Banyumas, Sadewo, didampingi Kepala Dinas Kesehatan dr. Dany, Direktur RSUD Banyumas dr. Widyana, serta dihadiri para tamu undangan dari berbagai unsur terkait.
Dalam pemaparannya, dr. Dany menekankan pentingnya keterlibatan berbagai pihak dalam mengawal isu-isu kesehatan masyarakat, terutama pencegahan stunting. Upaya pencegahan difokuskan untuk memastikan kehamilan terjadi pada kondisi yang optimal, sehingga risiko stunting dapat ditekan sejak sebelum anak lahir.
"Kabupaten Banyumas menunjukkan hasil positif dengan kasus baru stunting berada lebih rendah dari target 2,5%, serta menerima penghargaan sebagai kabupaten berkinerja baik dalam pencegahan dan penanganan stunting bersama 11 kabupaten/kota lain di Jawa Tengah. Meski demikian, Kecamatan Purwojati masih mencatat insiden stunting tertinggi di wilayah Banyumas," tegasnya.
dr. Dany menyebutkan bahwa faktor risiko terbesar stunting berasal dari keluarga perokok. Selain mengalihkan pengeluaran rumah tangga dari kebutuhan gizi, kebiasaan merokok di dalam rumah juga meningkatkan risiko kesehatan pada anak melalui paparan perokok pasif.
Cakupan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) per November 2025 tercatat, masih di bawah rata-rata nasional. Sejumlah tantangan seperti keterbatasan anggaran, sasaran yang belum terjangkau, serta perbedaan faktor input disebut menjadi kendala dalam peningkatan cakupan PMT.
Sementara itu, Posyandu kini menjalankan layanan kesehatan yang mencakup seluruh siklus hidup, termasuk lansia. Namun, beberapa tantangan masih dihadapi, antara lain: SDM dan kaderisasi 60% atau 10.213 kader belum mendapatkan pelatihan, waktu pelayanan, banyak kader berada pada usia produktif sehingga beberapa desa harus mengadakan posyandu setelah maghrib atau pada hari libur.
Selain itu sarana dan orasarana serta ketersediaan alat antropometri masih perlu ditingkatkan. Insentif kader yaitu belum seluruh desa mengalokasikan insentif kader, padahal regulasi telah mengatur pemberian insentif sebagai dukungan bagi beban kerja kader.
dr. Dany berharap perhatian pemerintah daerah dapat ditingkatkan, terutama dalam hal insentif, guna menjaga motivasi kader dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati Sadewo menegaskan komitmen Pemerintah Kabupaten Banyumas dalam percepatan penurunan AKI, AKB, dan stunting. Hingga November 2025, tercatat 13 kematian ibu dan 194 kematian bayi, sementara prevalensi stunting berada sekitar 14%.
“Upaya ini merupakan tugas kemanusiaan yang harus dilakukan secara bersama-sama oleh lintas sektor, profesi, dan komunitas. Tidak bisa hanya dibebankan kepada Dinas Kesehatan atau pemerintah daerah,” tegas Bupati.
Sadewo juga menekankan pentingnya penguatan layanan primer melalui Posyandu sebagai pintu pertama pelayanan kesehatan keluarga. Selain itu, peran klinik untuk wanita usia subur dan pasangan usia subur dinilai sangat penting dalam membentuk generasi yang sehat sejak perencanaan kehamilan.
Sadwo menyoroti pentingnya program Skrining Layak Hamil sebagai langkah pencegahan yang mampu mendeteksi risiko sebelum kehamilan terjadi, sehingga berdampak signifikan pada penurunan AKI dan AKB.
Dalam konteks stunting, intervensi kini tidak hanya menyasar murid sekolah, tetapi juga balita dan ibu hamil. Konsep Makan Bergizi Gratis yang merupakan inisiatif pemerintah pusat turut diperluas agar manfaatnya menjangkau lebih banyak kelompok rentan.
Sadewo mengajak seluruh pihak untuk memperkuat kolaborasi dan komitmen bersama.
“Harapannya, kita bisa bekerja lebih dekat, lebih kompak, dan lebih cepat untuk menghadirkan layanan kesehatan yang mudah dijangkau, berkualitas, dan membawa dampak nyata bagi masyarakat Banyumas,” pungkasnya.
Editor : Suryo Sukarno
Artikel Terkait
