Istilah Lawas yang Kembali Populer saat Pandemi

Ribut Achwandi
Ilustrasi

Bahasa selalu berkembang seiring perkembangan budaya dan peradaban yang diciptakan manusia. Sebagaimana yang terjadi pada masa pandemi Covid 19, sejumlah fenomena bahasa pun bermunculan ke permukaan. Menurut Achmad Dandy, akademisi di STKIP Al Hikmah Surabaya, perkembangan tersebut dapat dilihat melalui kemunculan kembali kosakata lama, kosakata baru, dan penggunaan metafora.

Dalam penelitiannya yang diterbitkan di Jurnal KoPen (Konferensi Pendidikan Nasional) Vol 3, No 1 (2021), Dandy meminjam teori Fishman yang mengungkapkan bahwa perkembangan bahasa dilatarbelakangi oleh usia, jenisk elamin, hubungan kekeluargaan, jabatan, status ekonomi, pendidikan, peristiwa sosial, tempat, waktu, topik, tujuan, dan tingkat keakraban. Namun demikian, Dandy memfokuskan kajiannya atas perkembangan bahasa melalui peristiwa sosial.

Dandy menemukan, beberapa kosakata lama yang muncul kembali seperti:

Bekerja dari rumah (Work from home)

Istilah ini telah dikenal sejak lama. Biasanya, istilah ini digunakan di saat terjadi situasi dan kondisi tertentu yang memaksa masyarakat harus bekerja di dalam rumah. Dandy mencatat, istilah ini pernah dimunculkan dalam buku karya Nilles, The Telecommunications-Transportation Tradeoff (1973). Istilah ini, oleh Nilles, digunakan sebagai solusi atas masalah kepadatan lalu lintas dan kelangkaan minyak bumi. 

Jauh ke belakang, tahun 1665, istilah ini juga pernah dipopulerkan oleh Universitas Cambridge. Peristiwa itu diakibatkan oleh peristiwa The Great Plague of London, yaitu wabah yang diidentifikasi sebagai penyakit pes. Kampus mengeluarkan maklumat agar seluruh mahasiswa pulang ke rumah masing-masing dan melakukan pembelajaran mandiri.

Istilah ini kemudian dipopulerkan lagi melalui pidato Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dalam konferensi pers di Istana Negara pada 15 Maret 2020 silam.

Isolasi dan Karantina

Istilah kedua ini sebenarnya telah dikenal sejak lama. Bahkan, boleh dibilang lebih lama dari istilah pertama. Dandy mengurutkan, istilah ini pernah digunakan pada tahun 1911. Yaitu, ketika Jawai dilanda oleh pes. Saat itu Dinas Pemberantasan Pes (Dienst der Pestbestijding) pemerintah kolonial mengeluarkan larangan menjenguk orang sakit dan mewajibkan seluruh warga untuk melapor secara berkala kepada mantri pes.

Jauh sebelumnya, dalam sejarah Islam, istilah ini juga pernah didengungkan oleh Nabi Muhammad saw dalam sebuah hadis. Kurang lebih, terjemahan hadis itu sebagai berikut, "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu."

Istilah ‘isolasi’ selama masa pandemi kerap ditemukan dalam berbagai berita di media. Sementara, istilah ‘karantina’ sempat menjadi judul utama dalam Koran Tempo edisi 19 Maret 2020.

Alat Pelindung Diri (APD)

Dalam kurun abad ke-16, dokter-dokter di Eropa telah mengenalkan istilah ini dengan mengenakan seragam pelindung diri. Saat itu, mereka tengah berjuang menangani korban wabah yang berjatuhan. Namun, catayan Lynteris (2018) menyebutkan, peralatan APD justru telah dipromosikan oleh Wu Lien-the pada tahun 1910—1911. Saat itu, China tengah didera wabah Pneumatik Manchuria. Dan, baru tahun 2020 istilah ini kembali dipopulerkan lewat berita di media.

Wabah, Epidemi, Pandemi

Penyakit menular telah beberapa kali menjangkiti negeri Indonesia. Tahun 1644-abad ke-18, penyakit Cacar menjangkiti warga Indonesia. Tahun 1733-1900an, Malaria mewabah. Penyakit Flu mewabah di Spanyol pada tahun 1918. Sedang, Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali teridentifikasi pada tahun 1968,

hingga yang terbaru Flu Burung pada tahun 2003 dan Flu Babi pada tahun 2009. Ketiga istilah tersebut pernah digunakan dalam poster oleh situs indozone.id untuk mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai perbedaan arti dari ketiga istilah tersebut.

Spesimen

Spesimen (specimen) oleh Bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi contoh. Istilah ini kali pertama muncul pada tahun 1988. Istilah ini mulanya ditulis dalam penelitian ilmiah karya Triono Soendoro, dokter dari Unair, terkait pemeriksaannya di laboratorium. Istilah ‘spesimen’ kembali digunakan pada tahun 2020 saat pandemi Covid 19 merajalela.

Editor : Ribut Achwandi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network