Asal-usul Candi Gamelan di Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan

Ribut Achwandi
Ilustrasi: Pertunjukan wayang kulit sebagai media dakwah Sunan Kalijaga (sumber foto: okezone.com)

Konon, menurut kepercayaan masyarakat sekitar Candi Gamelan, sebelum warga desa memeluk agama, kehidupan yang mereka jalani serba bebas. Apapun boleh dilakukan, karena memang tak ada aturan yang mengikat mereka. Kontan, cara hidup mereka pun tak jauh-jauh dari perilaku yang tidak wajar. Mereka bisa saja membunuh orang tanpa alasan jelas. Mereka terbiasa bermain judi dan perempuan. Bahkan, mereka juga tak enggan untuk melakukan perzinaan dan lain-lain.

Pada suatu ketika, datanglah salah seorang wali dari Walisanga. Yaitu Sunan Bonang. Sejak kedatangan Sunan Bonang di desa itu, tanggapan warga menunjukkan sikap tidak sukanya kepada murid Sunan Ampel ini. Malah, Ki Sastro, tokoh pemuka desa tersebut sempat melakukan perlawanan dengan mengerahkan warganya untuk menyerang Sunan Bonang.

Pertarungan yang tidak imbang itu membuat Sunan Bonang beserta sejumlah muridnya kocar-kacir. Guna menghindari jatuh korban dalam jumlah besar, Sunan Bonang dan rombongannya memilih lari dan bersembunyi di hutan bambu (alas pring). Selama di hutan, Sunan Bonang menyusun strategi agar Islam dapat disebarluaskan ke penduduk desa itu.

Didapatlah strategi yang diyakini tepat. Yaitu, mengutus murid kesayangannya, Sunan Kalijaga, untuk mendekati warga desa. Namun, karena saat itu Sunan Kalijaga tak bersamanya, diutuslah seorang muridnya untuk membawa Sunan Kalijaga ke desa itu.

Tak berselang lama, Sunan Kalijaga pun menerima undangan itu dan segera menemui gurunya. Dihadapkan pada Sunan Bonang, wali yang dikenal sangat njawani itu menerima perintah dari gurunya. Ia bersedia menjalankan tugas yang diamanatkan kepadanya.

Dengan segera, Sunan Kalijaga menemui Ki Sastro. Namun, dalam perjalanannya, sebelum bertemu dengan Ki Sastro, Sunan Kalijaga sempat bertemu dengan adik Ki Sastro, yaitu Ki Dirjan. Saat itu, Ki Dirjan tengah menjalani pertapaannya.

Kepribadian Ki Dirjan berbeda dengan kakaknya. Ia orang yang mudah diajak bicara. Bahkan, mau menerima kehadiran Sunan Kalijaga dengan ramah. Saat pertemuan itu, Sunan Kalijaga menyampaikan maksud kedatangannya, yaitu melaksanakan tugas dari gurunya untuk meneruskan penyebaran agama Islam di desa Ki Sastro tinggal. Namun, untuk bisa melaksanakan tugas itu, ia harus menumpas Ki Sastro. Tersebab itu, ia meminta izin kepada adik Ki Satro untuk melakukan perlawanan terhadap Ki Sastro.

Editor : Ribut Achwandi

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 4 5

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network