get app
inews
Aa Read Next : Aisy Zivana Zaneta, Siswa SMA 1 Pekalongan Lolos program beasiswa Pertukaran Pelajar Internasional

Pipa Gas Bawah Laut Nord Stream Meledak, Eropa Mulai Curigai AS

Rabu, 05 Oktober 2022 | 06:56 WIB
header img
Pipa Bawah Laut Gas Nord Stream Meledak, Eropa Mulai Curigai AS (Foto: MNC)

JAKARTA, iNewsPantura.id - Kecurigaan negara-negara Uni Eropa (UE) terhadap Rusia luntur, mereka dikabarkan mulai berbalik arah dalam kasus kebocoran jaringan pipa gas Nord Stream di Laut Baltik, hingga menyebabkan terjadinya ledakan di dekat perairan Swedia dan Denmark tersebut.

Jaringan pipa tersebut selama ini sangat diandalkan untuk mengalirkan pasokan gas dari Rusia kepada para pembelinya di Eropa. Alhasil, kebocoran yang terjadi membuat kondisi krisis energi di Benua Biru menjadi semakin parah.

Setelah sempat mencurigai Rusia yang melakukan sabotase agar harga gas melonjak, kini sebagian negara UE mulai menyelidiki dugaan lebih lanjut atas peluang keterlibatan Amerika Serikat (AS) di balik ledakan tersebut. 

Tudingan dilayangkan karena AS dinilai juga meraup keuntungan besar dari krisis yang terjadi, karena mampetnya pasokan gas dari Rusia memungkinkan Negeri Paman Sam menjual gas alam cair (LNG) secara lebih masif ke negara-negara Eropa.

Atas spekulasi tersebut, Swedia mengumumkan telah menerjunkan armada kapal selam pada Senin (3/10/2022) lalu ke lokasi untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.

"Penjaga pantai bertanggung jawab atas misi tersebut, tapi kami mendukung mereka dengan unit-unit (kapal selam) yang kami terjunkan, yaitu HMS Belos, yang merupakan jenis kapal penyelamat," ujar Juru Bicara Angkatan Laut Swedia, Jimmie Adamsson, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (4/10/2022).

Bahkan, pihak Swedia dalam pernyataan resminya telah menetapkan lokasi ledakan sebagai TKP yang akan diselidiki lebih lanjut. Salah satunya dengan menerapkan zona pengecualian seluas lima mil laut di sekitar lokasi kebocoran.

Dugaan atas keterlibatan AS seolah membenarkan tudingan yang sebelumnya telah dilayangkan oleh Rusia, yang menyebut bahwa negara pimpinan Joe Biden itu wajib disalahkan atas kebocoran yang terjadi. Pasalnya, Laut Baltik merupakan wilayah yang selama ini sepenuhnya di bawah kendala badan intelijen AS. Sehingga, Rusia yakin bahwa pemerintah AS mustahil tidak mengetahui ketika serangan tersebut terjadi.

"Ini terlihat seperti aksi terorisme, yang mungkin dilakukan di tingkat negara bagian. Sangat sulit membayangkan bahwa tindakan semacam ini bisa terjadi tanpa adanya keterlibatan sebuah negara.  Dan faktanya, mereka mendapatkan keuntungan, dalam perang kata-kata yang mereka ciptakan sendiri, tentang siapa yang harus bertanggung jawab," Juru Bicara Rusia, Dmitry Peskov, dalam laporan sebelumnya.

Sementara, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan dalam jumpa pers bahwa Washington dapat lebih leluasa dalam meningkatkan penjualan LNG jika jaringan pipa gas tidak digunakan.

Karenanya, Zakharova meminta agar negara-negara Eropa lebih obyektif lagi dalam melakukan investigasi terhadap apa yang terjadi di Laut Baltik. Bahkan Zakharova juga menyindir pernyataan Presiden Joe Biden pada Februari lalu, tepatnya sesaat sebelum perang Rusia-Ukraina dimulai, bahwa Sang Presiden seolah sudah berniat untuk mematikan jalur pipa Nord Stream sejak jauh-jauh hari.

"Mereka (Joe Biden) pernah bilang bila kami melakukan invasi (ke Ukraina) maka tidak akan ada lagi (pipa jaringan) Nord Stream 2," tukas Zakharova. 

 

 

Editor : Hadi Widodo

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut