JAKARTA - Indonesia kini tengah berjuang menghadapi mutasi Covid-19 varian BA.2 atau dikenal dengan nama Omicron sulit terdeteksi swab PCR.
Sebuah studi di Jepang mengungkapkan beberapa karakter khas BA.2, mulai dari mudah menyebar, resisten terhadap pengobatan, kebal vaksin, hingga terindikasi adanya keparahan kasus ketika seseorang terinfeksi varian ini.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun menyebutkan, varian ini memang sudah beredar di Indonesia.
Menurut Menkes Budi, kasus BA.2 yang dijuluki 'Son of Omicron' terdeteksi 10 kasus di Indonesia per akhir Januari 2022. Namun, tidak dirincikan lebih lanjut terkait data ini.
Menariknya, varian BA.2 ini dilaporkan Menkes Budi tidak gampang terdeteksi menggunakan tes PCR S Gene Target Failure (SGTF) yang selama ini banyak dipakai untuk skrining Omicron.
Beberapa informasi menjelaskan, varian BA.2 susah terdeteksi dengan PCR SGTF karena tidak adanya delesi asam amino posisi 69-70 pada protein Spike. Padahal delesi itu yang diandalkan dalam pemeriksaan PCR SGTF.
Bicara soal varian BA.2, Mantan Direktur Badan Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan bahwa BA.2 sudah dilaporkan kasusnya di banyak negara.
Negara-negara seperti India, Filipina, Denmark, Inggris, dan Jerman yang terpantau sudah melaporkan kasus BA.2. Angka kasusnya pun terus meningkat.
"Secara global, jumlah kasus BA.2 masih kecil, tapi kalau jumlahnya makin banyak, maka bukan tidak mungkin dapat memengaruhi kebijakan yang perlu diambil," terang Tjandra, beberapa waktu lalu.
Editor : Hadi Widodo