Kesan megah panggung berlatar animasi gerak yang dipancarkan layar LED itu rupanya mampu mereka taklukkan dengan alunan musik dan selawat Jawa gubahan Habib Luthfi bin Yahya, “Padang Bulan”. Dalam balutan busana yang mengkombinasikan busana eropa dan Jawa, mereka menampilkan paduan musik dan tari dengan bumbu drama kecil di bagian awal pun mampu mengalahkan gemerlap sorot lampu yang beraneka warna.
Para juri, Soimah, Nassar, Parto, dan Ustaz Subki Al Bughury dibuat hanyut oleh sajian yang mereka bawakan. Tetapi, siapa sangka jika mereka adalah anak-anak muda dari sebuah kota pesisir yang luasnya hanya sekitar 45 kilometer persegi, Kota Pekalongan. Mereka menamai diri mereka sebagai Arionsinotro, sebuah kelompok musik kontemporer yang namanya mungkin baru saja terdengar belakangan ini.
Begitu percaya diri mereka melantunkan selawat gubahan Habib Luthfi dengan aransemen yang khas milik mereka. Nuansa yang terbangun pun menjadi sebuah paduan apik. Mampu memberikan hiburan sekaligus ruang untuk permenungan. Tak ayal, penonton pun dibuat merinding. Pun para juri, mereka menatap tegun.
Sampai pada akhirnya, Soimah yang juga pelantun tembang Jawa, memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya untuk penampilan mereka. Ia terkagum karena grup Arionsinotro mampu membawakan kesenian khas Jawa dengan kemasan yang kekinian. Apalagi, para penampilnya anak-anak muda.
Penilaian itu sontak membuat yakin para penampil asal Kota Batik ini. Dan, benar saja, rupanya malam itu menjadi malam bahagia mereka. Penampilan mereka membuahkan hasil maksimal. Mereka dinobatkan sebagai penampil terbaik dalam gelaran Festival Ramadan 2022 yang ditayangkan secara langsung di salah satu stasiun televisi swasta nasional, Senin (18/4/2022) malam. Mereka mampu mengungguli penampil lainnya dari Tangerang.
Atas prestasi itu, Firdaus, pemimpin kelompok musik Arionsinotro menyampaikan rasa terima kasihnya kepada warga Pekalongan yang telah memberikan dukungan penuh. Ia tak menyangka apa yang dicapainya malam itu seolah menjadi mimpi yang menjadi kenyataan.
“Kami merasa ini sebuah apresiasi yang luar biasa. Sebab, kami tidak pernah membayangkan akan sampai di atas pentas nasional. Apalagi, disaksikan masyarakat seantero Nusantara,” ungkapnya.
Seperti diungkapkannya, grup ini awal mula dibentuk sebagai wadah kreativitas anak-anak muda Buaran. Namun, rupanya grup ini mendapatkan respon yang positif dari kalangan anak muda di kota Pekalongan. “Maka, grup ini boleh dibilang grup anak-anak Pekalongan. Karena ada yang dari Pesindon, Bojong, Wonopringgo, dan sebagainya,” terang Firdaus saat dihubungi inewspantura.id.
Seolah mendapatkan amunisi yang dahsyat, Firdaus kemudian memberanikan diri untuk melangkah. Mula-mula mereka mengikuti lomba Selawat Jawa yang diadakan di Yogyakarta. “Alhamdulillah, kami menyabet juara satu, saat itu. Dan sejak itu, kami makin serius berproses. Sampai akhirnya menjajaki untuk ikut audisi Festival Ramadan 2022 ini,” ungkap Firdaus.
Ketika ditanya tentang latar belakang personel grup yang dipimpinnya, Firdaus mengatakan, anggota grup Arionsinotro merupakan lintas generasi dan lintas profesi. “Ada yang sudah jadi ibu rumah tangga, ada yang mahasiswa, pelajar, dan pekerja batik. Tetapi, mereka selalu kompak,” katanya.
Menurutnya, resep kekompakan itu terwujud karena sejak awal anak-anak didiknya itu terbiasa dalam berorganisasi. “Rata-rata mereka adalah anak-anak IPNU dan IPPNU. Mereka dulu juga ikut Porseni IPNU/IPPNU tingkat kota,” ujar Firdaus.
Kini, sedikit demi sedikit buah-buah prestasi itu mulai mereka petik. Setelah usaha keras mereka berlatih secara rutin. Seperti diungkapkan Firdaus, “Buah tak akan mengkhianati proses merawat dan menanam. Tetapi, bukan berarti setelah sekali berbuah harus berhenti. Kami, masih harus terus giat lagi untuk berproses.”
Editor : Ribut Achwandi