Dalam tahap modifikasi awal, mereka mengekspos otak belalang hidup melalui pembedahan.
Saha dan rekan-rekannya kemudian memasukkan elektroda ke dalam lobus otak yang menerima sinyal dari antena serangga itu, yang mereka gunakan untuk merasakan bau.
Tim juga menumbuhkan tiga jenis sel kanker mulut manusia yang berbeda, serta sel mulut manusia yang bebas kanker. Mereka menggunakan perangkat untuk menangkap gas yang dipancarkan oleh masing-masing jenis sel, dan mengirimkan masing-masing ke antena belalang.
Otak belalang merespons setiap jenis sel secara berbeda. Pola aktivitas listrik yang direkam sangat berbeda sehingga ketika tim meniupkan gas dari satu jenis sel ke antena, mereka dapat mengidentifikasi dengan benar apakah sel-sel itu bersifat kanker dari rekaman saja.
Menurut Saha, Ini adalah pertama kalinya otak serangga hidup diuji sebagai alat untuk mendeteksi kanker.
Pada akhirnya, hewan dianggap mampu merasakan bahan kimia yang dikeluarkan manusia lewat bau badan dan napas. Ketika sakit dan sehat, manusia mengeluarkan bahan kimia yang berbeda.
Hewan telah berevolusi untuk menginterpretasikan perubahan aroma yang halus sekalipun. Maka dari itu, Saha dan rekan-rekannya memutuskan untuk meneliti lebih lanjut tentang penemuan ini.
Editor : Hadi Widodo
Artikel Terkait