"Kalau belum siap ambil partner asing tidak apa-apa, kenapa kita alergi. Tapi pabrik industrinya ada di dalam negeri," tutur Presiden.
Menurut Presiden, sudah waktunya Indonesia berbenah dengan menyiapkan hilirisasi dan industrialisasi. Pasalnya, keuntungan hilirisasi lebih besar dibanding hanya ekspor bahan mentah.
"Yang tidak berani dilakukan dalam kurun lama sekali yaitu hilirisai, industrialisasi. Sejak zaman VOC, ekspor bahan mentah memang itu paling enak. Batu bara keruk kirim bahan mentah, nikel keruk kirim bahan mentah. Tembaga Freeport keruk kirim bahan mentah," ujarnya.
Bertahun-tahun, kata Jokowi, Indonesia menikmati hal tersebut tapi lupa pondasi industrialiasi. Menurutnya, industrialisasi memberikan untung yang jauh lebih besar pada negara.
"Saya beri contoh nikel ekspor bertahun-tahun nilainya 2014 itu USD1,1 miliar kira kira Rp15 triliun per tahun. Begitu kita stop 2017, ekspor di 2021 mencapai Rp300 triliun lebih. Dari Rp15 triliun melompat Rp300 triliun dan itu baru satu komoditi," ujarnya.
Meski kebijakan stop nikel RI digugat Uni Eropa ke WTO, Jokowi mengaku siap menghadapi masalah tesebut. Dirinya memastikan bahwa Indonesia tidak lagi mengirim bahan mentah, nikel.
"Saya sampaikan silahkan digugat, akan saya hadapi. Indonesia akan hadapi," tutup Jokowi.
Editor : Hadi Widodo
Artikel Terkait