Kelebihan Filsafat Jawa Dibandingkan Filsafat Barat

Ribut Achwandi
Ilustrasi: para abdi dalem Keraton Ngayogyahadiningrat (foto: okezone.com)

PEKALONGAN, iNewspantura.idFilsafat Barat selalu mempertanyakan tentang “ada”. Sementara, filsafat Jawa pertanyaan tentang “ada” tidak didudukkan pada porsi yang utama. Dalam beberapa karya pujangga Jawa, “ada” tak pernah disinggung. Akan tetapi, pertanyaan filosofis ajuan pujangga Jawa mengarahkan kepada tujuan yang hendak dicapai.

Hal itu diungkap Pariman Siregar, psikolog cum dosen di UIN K.H. Abdurrahman Wahid, saat mengisi diskusi logika yang digelar Lingkar Kajian Kota Pekalongan, Jumat (2/9/2022) malam. Melalui zoom meeting, Pariman menyatakan, “Filsafat Jawa mengarahkan kita untuk mempertanyakan kembali tentang kemana tujuan yang hendak kita capai. Konsep ini kita kenal dengan konsep sangkan paraning dumadi.”

Sangkan bermakna asal, paran bermakna tujuan, dan dumadi bermakna kejadian. Artinya, seorang manusia mesti mengenal asalnya, agar ia mengerti pula arah mana yang mesti dituju. Dengan begitu, manusia akan menemukan jawaban tentang mengapa ia ada di sini, di dunia ini, dan hidup di dalam sebuah lingkungan yang kompleks ini.

“Filsafat Jawa menempatkan diri manusia sebagai sesuatu yang sudah ada. Sehingga, ia tidak perlu mempertanyakan lagi bagaimana caranya ia bisa menjadi ada. Yang perlu dicari adalah pertanyaan tentang bagaimana ia menjadi ada, yaitu asal-usulnya. Bagi orang Jawa, pertanyaan tentang asal-usul lebih utama dibandingkan dengan pertanyaan tentang pengakuan orang lain tentang keberadaannya. Mengapa, karena dengan tahu asal-usulnya ia akan menemukan pertanyaan tentang untuk apa ia ada dan bagaimana ia akan sampai pada tujuan akhirnya,” ujar Pariman.

Menurut Pariman, konsep-konsep ini perlu dipelajari lagi dan disebarluaskan. Terlebih, di masa sekarang yang oleh sebagian besar orang dianggap sebagai masa kebingungan. Banyak orang berupaya memahami kenyataan hidup yang dialaminya, namun justru terjebak pada persoalan-persoalan yang hanya pada wilayah permukaan.

“Dalam filosofi Jawa, orang dididik untuk menemukan jalan sunyinya. Di situlah cara orang Jawa menemukan siapa diri yang sesungguhnya. Terlepas dari hal-hal yang hanya di wilayah permukaan,” pungkasnya.

Editor : Ribut Achwandi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network