Kisah Syarifah Nafisah Sang Sufi Perempuan

Hadi Widodo
Ilustrasi (Foto: MNC)

“Ambillah benang ini dan juallah. Kita akan berbuka puasa dengan uang hasil penjualan itu,” jawab Syarifah Nafisah, yang bermata pencaharian memintal dan menjual benang-benang untuk kain. Wani­ta sahabatnya itu kemudian pergi menjual benang. Uang hasil penjualan dibelikan roti untuk berbuka puasa Syarifah Nafisah dan sahabat-sahabatnya. Ya, zahidah itu tidak menggunakan uang hadiah pejabat itu un­tuk kepentingan pribadi.

Kisah yang dikutip Dr. Javad Nurbakhsh dalam bukunya Sufi Women itu Baru se­penggal kisah hidup Syarifah Nafisah yang penuh dengan puasa, salat malam, dan ke­zuhudan. la juga terkenal luas tingkat ka­ramah dan kemampuan karismatisnya. Menurut sejarah, Syarifah Nafisah lahir di Mekah, menikah dengan Ishaq Mu’tamin bin Imam Ja’far As-Shadiq. Kemudian hi­jrah ke Mesir, negeri tempat ia mengha­biskan waktunya selama sekitar tujuh ta­hun, sebelum akhirnya meninggal dunia pada tahun 208 H/788 M.

Diceritakan, menjelang wafatnya Sya­rifah Nafisah sedang berpuasa, dan orang­-orang menyarankan agar ia membatalkan puasanya. la berkata, “Alangkah anehnya saran kalian ini. Selama tiga puluh tahun ini aku telah bercita-cita hendak meng­hadap Tuhanku dalam keadaan berpuasa. Apakah sekarang aku harus membatalkan puasaku? Tidak, tidak mungkin!”

Beliau lalu membaca ayat AI-Quran su­rah AI-An’am. Ketika sampai pada ayat’Ba­gi mereka Darussalam (rumah kedamaian) di sisi Tuhan mereka dan Dia-lah Pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang mereka kerjakan” (ayat 127), zahidah ini menghembuskan napas terakhir.

Editor : Hadi Widodo

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network