Solusinya tentu melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Pada saat COVID-19 memang harga minyak dunia turun hingga USD20 per barel namun saat terjadi krisis Rusia dan Ukraina harganya melejit hingga USD120 per barel.
"Hal ini membawa dampak ekonomi yang besar dan menyebabkan inflasi di beberapa negara bahkan 28 negara saat ini menjadi pasien IMF," tuturnya.
Arifin memaparkan, ada beberapa alternatif yang sudah diambil mulai dari pencarian sumur baru dan melakukan terobosan konversi dari bahan bakar fosil ke energi lain yang bersih dan terbarukan.
"Dulu Indonesia merupakan produsen migas dan sekarang mengimpor minyak dan ini tentu menjadi tantangan kita ke depan," tandasnya.
Dia mengatakan, cadangan migas tentu masih ada, dulu yang berada di darat sudah bergeser ke kawasan laut yang dalam bahkan mencapai kedalaman 4.000 meter di bawah laut. Dahulu banyak sumur di Indonesia bagian barat dan sekarang bergeser ke Indonesia bagian timur.
Editor : Hadi Widodo
Artikel Terkait