Cinta sejoli Ali dan Fatimah tak pernah menyerah pada kemiskinan. Mereka selalu bahagia dalam cinta . Mereka sibuk dengan kerja keras dan tak pernah mengeluh. Fatimah menepung gandum dan memutar gilingan dengan tangan sendiri. Ia membuat roti, menyapu lantai dan mencuci.
Rasulullah sendiri sering menyaksikan puterinya sedang bekerja bercucuran keringat. Tidak jarang Ali ikut menyingsingkan lengan baju membantu pekerjaan sang istri. Banyak sekali buku-buku sejarah dan riwayat yang melukiskan betapa beratnya kehidupan rumah-tangga Alibin Abi Thalib.
Sebuah riwayat mengemukakan: Pada suatu hari Rasulullah berkunjung ke tempat kediaman Siti Fatimah r.a. Waktu itu puteri beliau sedang menggiling tepung sambil melinangkan air mata. Baju yang dikenakannya kain kasar. Menyaksikan puterinya menangis, Rasulullah ikut melinangkan air mata. Tak lama kemudian beliau menghibur puterinya: "Fatimah, terimalah kepahitan dunia untuk memperoleh kenikmatan di akhirat kelak."
Riwayat lain mengatakan, bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW datang menjenguk Siti Fatimah r.a., tepat: pada saat ia bersama suaminya sedang bekerja menggiling tepung. Beliau terus bertanya: "Siapakah di antara kalian berdua yang akan kugantikan?" "Fatimah! " jawab Ali r.a. Siti Fatimah lalu berhenti diganti oleh ayahandanya menggiling tepung bersama Ali.
Banyak catatan sejarah yang melukiskan betapa beratnya penghidupan dan kehidupan rumah-tangga Ali. Semuanya itu hanya menggambarkan betapa besarnya kesanggupan Siti Fatimah dalam menunaikan tugas hidupnya yang penuh bakti kepada suami, takwa kepada Allah dan setia kepada Rasul-Nya.
Editor : Muhammad Burhan
Artikel Terkait