PEKALONGAN, iNewsPantura.id - Dikutip dari Kajian Habib Muhammad bin Yahya bahwa Imam Ath Thabari lahir pada 224 H di kota Thabaristan di Persia (Iran). Ath-Thabari hidup pada masa pemerintahan Daulah Abbasiyah yang berpusat di Baghdad.
Ketika Ath-Thabari lahir yg menjadi penguasa saat itu adalah Al-Wasiq Billah khalifah ke-9 dari dinasti Abbasiyah.
Jika ditelusuri lebih jauh, selama hidupnya Ath-Thabari pernah mengalami 10 kali pergantian khalifah hingga khalifah ke-18 yaitu Al-Muqtadir.
Dan beliau banyak melakukan pengembaraan dalam mencari ilmu di antara kota-kota yang pernah menjadi tempat persinggahanya adalah Baghdad tujuannya ke Bahdad tiada lain ingin "Berguru kepada imam Ahmad Bin Hambal", namun sesampai disana "Imam
Ahmad keburu wafat" (241 H). Akhirnya di Baghdad At-Thabari belajar "Fiqih" Syafi'iyah kepada Hasan Za'farani.
Adapun ketika di Bashrah beliau belajar "Hadits" kepada Abu Abdillah Ash-Shan'ani.
Imam At-Thabari mengabdikan dirinya mengajar ilmu di Baghdad sampai akhir hayatnya W.310.H
Di antara karyanya yg terkenal adalah Tarikh Ar-Rusul Wa Al Muluk (Sejarah Para Nabi dan Raja) atau lebih dikenal sebagai Tarikh Ath-Thabari, salah satu "Sirr tarikh" (Sekelumit kisah yang menyertai sejarah) yang masyhur dalam tarikh At-Thabari sebuah riwayat dari sahabat Rasulullah Abu Amir Al Bajali Al Qasari yang lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Jarir.
Dia seorang sahabat Rasululah yang cerdas dan tampan dan termasuk orang yg mulia dari golongan para sahabat. Ibnu Jarir meriwayatkan sebuah hadits :
Ibnu Jarir menceritakan ada seorang anak muda mengadu kepada Rasulullah,Ia berkata:“Ya Rasulullah,sesungguhnya ayahku ingin mengambil hartaku".
Mendengar pengaduan anak muda itu, Rasulullah berkata :“Pergilah kamu dan bawa ayahmu kesini!”.
Setelah anak muda itu berlalu, Malaikat Jibril turun menyampaikan salam dan pesan Allah kepada beliau.
Jibril berkata : “Ya Muhammad, Allah 'Azza Wa Jalla menyampaikan salam untukmu dan berpesan kalau orang tuanya datang engkau harus menanyakan apa-apa yang dikatakan dalam hatinya dan tidak didengarkan oleh telinganya".
Tak lama,anak muda itu datang bersama ayahnya.
Rasulullah kemudian bertanya orang tua itu. “Mengapa anakmu mengadukanmu? Apakah benar engkau ingin mengambil hartanya"?
Sang ayah yang sudah tua itu menjawab :“Tanyakan saja kepadanya, ya Rasulullah. Bukankah saya menafkahkan uang itu untuk beberapa orang ammati (Saudara ayahnya) atau khalati (Saudara ibu)-nya dan untuk keperluan saya sendiri"?.
Rasulullah bertanya lagi “Lupakanlah hal itu aku sedang tidak membahas hal tersebut. Sekarang ceritakanlah kepadaku apa yang engkau katakan di dalam hatimu dan tak pernah didengar oleh telingamu".
Maka wajah keriput lelaki tua itu pun menjadi cerah dan tampak bahagia. Dia berkata : “Demi Allah,Ya Rasulullah dengan ini Allah SWT berkenan menambah kuat keimananku dengan kerasulanmu. Memang saya pernah menangisi nasib malangku dan kedua telingaku tak pernah mendengarnya".
Rasulullah mendesak: “Katakanlah,aku ingin mendengarnya".
Orang tua itu berkata dengan air mata yang berlinang. "Aku membisikkan (Hati ini)". Aku mengasuhmu sejak bayi dan memeliharamu waktu muda. Semua hasil jerih payahku kau minum dan kau reguk puas, bila kau sakit di malam hari, hatiku gundah dan gelisah,
lantaran sakit dan deritamu, aku tak bisa tidur dan resah, bagai akulah yang sakit, bukan kau yg menderita, lalu air mataku berlinang-linang dan mengucur deras, hatiku takut engkau disambar maut, padahal aku tahu ajal pasti datang. Setelah engkau dewasa dan
mencapai apa yang kau cita-citakan, kau balas aku dengan kekerasan, kekasaran dan kekejaman, seolah kaulah pemberi kenikmatan dan keutama'an". “Sayang, kau tak mampu penuhi hak ayahmu, kau perlakukan aku seperti tetangga jauhmu, engkau selalu
menyalahkan dan membentakku, seolah-olah kebenaran selalu menempel di dirimu. Seakan-akan kesejukan bagi orang-orang yg benar sudah dipasrahkan".
Selanjutnya Jarir berkata.“Pada sa'at itu Beliau Baginda Nabi Muhammad langsung memegangi ujung baju pada leher anak itu,seraya berkata:
"Engkau dan hartamu milik ayahmu!
(Hr.Imam At-Thabari)
Editor : Hadi Widodo
Artikel Terkait