3. Ideate
Di tahap ideate ini mulai terkumpul ide-ide yang menjadi alternatif solusi untuk masalah yang telah dirumuskan. Ada banyak teknik untuk
mengumpulkan ide, antara lain brainstorming, braindumping, dan Worst Possible Idea. Ide-ide alternatif yang terkumpul ini kemudian dikelompokkan kedalam 3 (tiga) kategori, yaitu kelompok feasibility (ide yang bisa dieksekusi dengan teknologi), viability (ide yang memiliki pengaruh terhadap penyelenggaraan pelayanan publik), dan desirability (ide yang diinginkan
oleh kelompok sasaran dalam memecahkan masalahnya).
4. Prototype
Ide untuk memecahkan masalah haruslah diwujudkan dalam bentuk nyata, karena dalam design thinking ide saja tidak cukup. Cara untuk mewujudkan ide tersebut ke dalam bentuk nyata adalah dengan membuat prototype atau purwarupa. Prototype merupakan sebuah model awal dari “produk inovatif” yang akan digunakan sebagai solusi dari masalah pada kelompok sasaran. Prototype bukanlah bentuk akhir produk inovasi, tetapi sebuah model sebagai sarana “belajar” untuk menemukan kelebihan dan kekurangannya, sebelum benar-benar diwujudkan dalam bentuk akhir produk inovatif yang diimplementasikan pada kelompok sasaran ataupun masyarakat luas.
5. Test
Prototype yang sudah dibuat perlu dilakukan ujicoba ke kelompok sasaran. Kelompok sasaran yang mendapat “treatment” ujicoba ini akan memberikan umpan balik berupa masukan untuk perbaikan pada produk tersebut. Umpanbalik dari kelompok sasaran ini perlu dicatat sehingga tersedia data yang cukup dalam mengambil keputusan perbaikan. Pengujian dapat dilakukansecara berulang-ulang (iteration) sampai ditemukan solusi yang paling tepat untuk permasalahan yang ada.
Editor : Muhammad Burhan
Artikel Terkait