KEBUMEN, iNewsPantura.id – Suramin dulunya dikenal sebagai preman di kawasan Koplak Dokar, Kebumen. Namun siapa sangka, pria kelahiran 1977 ini justru berhasil menjadi Kepala Desa Gemeksekti dan membawa desanya meraih banyak penghargaan.
Lingkungan keras tempat ia dibesarkan tak jauh dari pasar burung Koplak yang dulunya menjadi terminal dokar. Kehidupan malam di sana dipenuhi aroma minuman keras, musik keras, perjudian, hingga aktivitas prostitusi. Itu semua membentuk mental Suramin sejak kecil.
“Saya besar di lingkungan keras. Bertarung dan mabuk itu biasa,” kata Suramin, saat ditemui di rumahnya.
Setelah lulus SD, Suramin sempat melanjutkan sekolah ke tingkat ST (setara SMP). Namun kehidupannya tetap lekat dengan dunia jalanan. Ia pernah menjadi timer colt (calo angkutan) di terminal dan dikenal sebagai preman besar di wilayahnya. Tubuhnya penuh tato, dari gambar naga hingga wanita telanjang dada.
Ia mengaku dua kali masuk penjara. Pertama tahun 2008 selama empat bulan, dan kedua tahun 2014 dengan hukuman satu tahun.
Meski dikenal keras, Suramin ternyata aktif dalam kegiatan masyarakat. Ia sering ikut yasinan dan kenduri. Suatu ketika, warga meminta dia maju sebagai calon kepala desa.
“Katanya sudah saatnya Gemeksekti dipimpin wong dalan (orang jalanan),” ungkapnya.
Suramin akhirnya mencalonkan diri dalam Pilkades 2019 dan menang mutlak dengan 1.906 suara, mengalahkan empat calon lainnya.
Setelah menjabat, ia langsung merombak sistem kerja dan fokus pada pembangunan desa. Hasilnya, berbagai penghargaan berhasil diraih Desa Gemeksekti di bawah kepemimpinannya, antara lain:
Desa Terbaik Pengelolaan Dana Desa dan Pembayaran Pajak (2021)
Satu Desa Satu Cerita (2023)
Kunjungan Bayi Terbanyak (2024)
Juara 1 Perpustakaan Desa Tingkat Kabupaten dan Harapan 1 Tingkat Provinsi
Juara Harapan 1 Siskamling Tingkat Polres
Juara 1 Administrasi Desa (2022) dengan hadiah mobil
Bantuan pembangunan Pustu dari Kemenkes (2025)
“Kalau dikasih kepercayaan, saya akan bekerja sebaik-baiknya. Saya ingin tunjukkan, masa lalu saya tidak menentukan masa depan,” ucapnya.
Kini, setiap kali melihat anak jalanan, Suramin teringat masa lalunya. Ia percaya, setiap orang punya peluang untuk berubah jika diberi kesempatan yang adil.
Editor : Suryo Sukarno
Artikel Terkait
