Jamasan Pusaka Gunungkidul: Merawat Warisan Leluhur dari Guratan Keris Hingga Makna Kehormatan

Kismaya
Ratusan Pusaka Dijamas, Gunungkidul Kembali Gelar Tradisi Sakral. Foto : iNewsPantura.id / Kismaya

GUNUNGKIDUL, iNewsPantura.id –Lama ditiadakan, pemerintah kabupaten Gunungkidul menggelar tradisi "jamasan pusaka" secara lengkap. Prosesi sakral tersebut berlangsung di Bangsal Sewokoprojo, Kapanewon Wonosari, dipimpin langsung oleh Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih. 

Jamasan pusaka merupakan tradisi pembersihan benda pusaka seperti keris dan tombak yang memiliki nilai historis dan spiritual tinggi. Tradisi ini merupakan bagian dari warisan budaya Jawa yang diwariskan secara turun-temurun selama ratusan tahun.

Dalam prosesi tersebut, puluhan keris dan tombak milik pemerintah daerah serta masyarakat dijamas menggunakan air kelapa, perasan jeruk nipis, dan minyak cendana. Beberapa pusaka yang dijamas antara lain Tombak Kyai Margo Salurung dan sejumlah keris lainnya yang dianggap memiliki nilai historis penting.

Pembersihan dilakukan oleh tim dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul, didampingi oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta, termasuk di antaranya Dwi Jo Asmoroyang juga bertugas sebagai panitia. Jamasan dilakukan dengan tata cara khusus, sesuai etika dan pakem yang berlaku.

"Jika pusaka dalam kondisi baik, perawatan hanya dilakukan dengan pengolesan minyak seperti jasmin atau cendana. Tapi kalau sudah berkarat, harus direndam dengan air kelapa dan jeruk nipis, lalu dibersihkan dan diolesi ulang agar guratan dan warnanya tetap terjaga," jelas Dwi Jo Asmoro.

Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih, mengungkapkan bahwa tradisi ini perlu terus dilestarikan karena menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat Gunungkidul.

"Jamasan bukan hanya ritual semata, tetapi juga cara kita menghormati sejarah dan leluhur. Semoga kegiatan ini bisa menjadi sarana edukasi budaya bagi generasi muda," tuturnya.

Menariknya, prosesi jamasan ini selalu dilakukan setelah Keraton Yogyakarta menggelar ritual serupa. Hal tersebut dianggap sebagai bagian dari etika dan tata urutan adat yang dihormati oleh masyarakat Gunungkidul.

Dengan digelarnya kembali prosesi ini secara lengkap, masyarakat berharap jamasan pusaka dapat terus dilestarikan sebagai kekayaan budaya yang tak tersebut

Editor : Suryo Sukarno

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network